Keterbatasan fisik bagi sebagian orang barangkali dianggap sebagai aib. Namun demikian tidak sedikit juga ada orang yang mempunyai keterbatasan fisik, tetapi tak menghalangi dirinya untuk terus berbagi ilmu bermanfaat. Seperti itu pulalah yang dilakukan Pak Untung seorang guru difabel yang berpuluh-puluh tahun mendedikasikan diri dalam dunia pendidikan.
Sekilas Tentang Pak Untung
Terlahir dengan keterbatasan fisik, tidak menjadikan Pak Untung berpangku tangan kepada orang lain, melainkan tetap semangat meneruskan asanya menjadi seorang guru di madrasah. Pria tangguh tersebut merupakan kelahiran dari Desa Batang-batang Daya, Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Pak guru yang sekarang sudah menginjak umur 52 tahun itu, dulu semasa kecilnya merupakan anak yang tumbuh ceria. Pak Untung kecil dulu rajin mengikuti kegiatan mengaji di langar (mushola) kampung, bersekolah di SD, dan jika sore juga bersekolah di madrasah untuk menambah ilmu agama.
Orang tua Pak Untung merupakan seorang petani. Tatkala masih di bangku SMP, beliau hampir dikeluarkan sekolah karena tak mampu membayar uang bulanan (BP3). Setelah dijelaskan segala sesuatunya, akhirnya beliau dibebaskan dari berbagai iuran.
Faktor kemiskinan dan keterbatasan fisik, tak menyurutkan langkah Pak Untung untuk tetap menempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Pak Untung tetap rajin belajar ilmu agama di sebuah pesantren di dekat rumahnya selama lima tahun sambil mengikuti pendidikan paket C.
Waktu berlalu, Pak Untung memberanikan dirinya untuk melamar pekerjaan sebagai guru di Yayasan Miftahul dengan bermodalkan ijazah paket C setara SMA dan pengalaman di pesantren. Beliau berharap dengan keinginannya untuk mengajar tersebut bisa menyalurkan ilmunya kepada orang lain.
Selama hampir 29 tahun, dengan dua kakinya, sosok guru difabel tersebut tetap gigih mengajar murid muridnya di bidang Agama Islam di dua sekolah yaitu MI Miftahul Ulum dan MTs Miftahul Ulum sejak 1993 yang berada di Sumenep, Madura. Sa’rani selaku Ketua Yayasan Al-Miftah yang membawahi MI dan MTs Miftahul Ulum memberi tugas kepada Pak Untung untuk menjadi tenaga pengajar agama pada pelajaran Al-Quran Hadis dan Fiqih.
Perihal pemenuhan syarat administratif dalam mengajar sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Guru dan Dosen. Pak Untung melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan di Universitas Terbuka (UT) dengan beasiswa Bidikmisi dan CSR.
Kerja keras, pengabdian, dan perjuangan Pak Untung untuk menjadi seorang guru profesional dibuktikan dengan kemampuan kaki nya yang dapat menggantikan tangannya. Tidak kalah dengan orang normal lainnya, jemari kaki beliau dengan lihainya menari-nari mengoperasikan tombol laptop, dan lihai menulis huruf latin dengan sangat indahnya.
Pak Untung pun juga tidak canggung dalam mengoperasikan perangkat laptop untuk mendukung pekerjaanya sebagai seorang Guru. Bukan cuma itu saja, Pak Untung bahkan juga mampu menuliskan lafal ayat-ayat Al-Quran dan huruf-huruf Arab di papan tulis untuk murid-muridnya.
Berkat kegigihan Pak Untung dalam mengajar, membuat beliau mendapatkan berbagai apresiasi, di antaranya penghargaan berupa Widya Wiyata Dharma Samya dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada tahun 2019. Penghargaan tersebut diberikan saat berlangsungnya Rapat Senat Terbuka Lustrum XI di Garaha Unesa, Surabaya.
Selain itu, Pak Untung juga mendapatkan penghargaan dari Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dengan meraih penghargaan Madrasah Award dan Apresiasi Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (ADIKTIS) 2021, dalam kategori unsur masyarakat peduli madrasah. Acara penganugerahan penghargaan tersebut diselenggarakan di Hotel Mercure, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara.
Dua penghargaan itu membuat Pak Untung sangat bahagia, terlebih perjuangannya selama ini sebagai guru madrasah di dua sekolah yaitu MI dan MTs Miftahul Ulim Sumenep, Madura ternyata diperhatikan oleh banyak pihak.
Faktor Gaji Tidak Membuat Pak Untung Berhenti Mengabdi
Menjadi seorang guru honorer di sekolah Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah, gaji yang diperoleh pun tidaklah besar. Namun hal tersebut tidak lantas membuat semangat dalam mengajar murid-muridnya luntur.
Kemudian, hal lain yang bisa kita contoh dari sosok guru difabel tersebut adalah bagaimana sikap kewirausahaanya yang kuat dan tak kenal menyerah. Pak Untung membuktikan dengan meski sudah menjadi seorang guru, beliau tidak cuma mengandalkan gaji dari mengajarnya saja, tetapi tetap berwirausaha dengan memelihara beberapa hewan ternak seperti ayam, bebek, dan burung love bird di rumahnya.
Meskipun dengan keadaan fisik serta perekonomian beliau yang seperti itu. Pak Untung menyatakan bahwa beliau sudah mengikhlaskan dirinya untuk mengabdi di dunia pendidikan. Pengabdiannya untuk sekolah Madrasah, beliau jadikan sebagai ladang amal yang kelak akan beliau panen di akhirat.
Pelajaran Berharga dari Kisah Pak Untung
Banyak pelajaran berharga yang bisa kita peroleh dari kisah hidup dan perjuangan sosok guru difabel ini. Pertama tentunya adalah perjuangan yang tidak kenal lelah dalam menghadapi kerasnya kehidupan dengan keadaan fisik yang tidak sempurna. Keinginan keras dari Pak Untung untuk maju dan berkembang serta tak ingin menyerah begitu saja pada keadaan adalah sesuatu hal yang luar biasa untuk dapat kita contoh.
Selain itu, kegigihan Pak Untung untuk mengabdikan diri dalam pendidikan dengan kekurangan yang dimiliki. Tentunya merupakan pelajaran yang luar biasa bagi kita yang memiliki fisik yang lengkap. Sosok guru difabel tersebut bahkan tidak lagi mempermasalahkan tentang besaran gaji yang diperoleh, beliau justru sudah mengikhlaskan dirinya mengabdi di dunia pendidikan untuk mencerdaskan generasi bangsa.
Sungguh sebuah kisah inspiratif yang patut dijadikan teladan untuk para guru dan siswa di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, mari kita sama-sama tingkatkan semangat untuk selalu berjuang dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas, khususnya kepada siswa-siswi yuk lebih ditingkatkan lagi semangat belajarnya ya. Kamu tahu kisah inspiratif lainnya dari guru ataupun siswa lainnya? Share di kolom komentar ya.