Skip to content

5 Dampak Negatif Fenomena FoMO Pada Siswa

Halo sobat EDOOers, kalian pernah nggak sih membeli barang karena lagi tren gitu? Atau EDOOers, pernah melihat ada siswa yang iri hingga stres ketika melihat temannya mengikuti trend terkini di sosial media? Bisa saja itu tandanya EDOOers lagi kena sindrom Fear of Missing Out (FoMO). Perkembangan teknologi informasi memang tidak selamanya memberikan manfaat bagi manusia.

Segala informasi kini bisa dengan sangat mudah diakses dan transmisinya terhitung cukup cepat. Akan tetapi, kondisi ini tidak selalu memberikan manfaat positif. Akibat transmisi informasi yang cepat ini maka muncullah fenomena yang disebut fear of missing out atau dikenal dengan FoMO. 

Mengenal Lebih Dalam Tentang FoMO

Fear of missing out (FoMO) merupakan rasa takut merasa tertinggal secara berlebihan  karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, trend terkini dan hal lainnya. Rasa takut ketinggalan ini mengacu kepada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik atau mengalami hal-hal yang lebih baik.

Maraknya fenomena FoMO ini ketika semakin banyak sosial media bergerilya seperti Instagram, Tiktok, Twitter, Facebook, dan media sosial sosial lainnya, mengubah pola pikir generasi millenial bahwa semua sosial media menjadi bagian penting di dalam kehidupan sehari-hari.

FoMO menjadi sebuah fenomena yang umum dan semakin nyata di hadapi generasi millennial sekarang. Di mana tingkat kecemasan dan stress naik secara signifikan pada siswa. Hal tersebut dapat memepengaruhi berbagai kalangan usia, tetapi usia remaja  paling rentan terhadap fenomena tersebut.

Fenomena FoMO sejatinya sudah teridentifikasi sejak tahun 1996. Ketika itu, seorang dokter bernama Dan Herman yang ahli di bidang strategi marketing, melakukan sebuah riset, ternyata apabila memancing rasa takut atau kecemasan seseorang akan ketinggalan trend terkini, akan membuat produk atau jasa yang dipasarkan semakin laris manis.

Istilah FoMO sendiri akhirnya dipopulerkan oleh Patrick J. McGinnis. FoMO kemudian menjadi sebuah senjata strategi bisnis. FoMO berdampak positif untuk bisnis akan tetapi berdampak negatif untuk kita sebagai konsumen.

Sosial media sekarang menjadi sebuah kendaraan untuk membangkitkan FoMO. Begitu sisi emosi kita terpancing, efeknya pertimbangan logika kita menurun, di saat itu kita bisa bertindak tidak wajar dan tidak rasional. 

Akan tetapi sosial media akan berguna jika menggunakannya secara bijak untuk memperoleh konten digital yang baik dan valid. Sosial Media juga menjadi medium untuk berdiskusi memecahkan masalah dan menghasilkan sebuah karya.

Dampak Negatif Fenomena FoMO

Sindrom FoMO ini akan berdampak buruk tidak hanya kepada kesehatan mental generasi muda, namun juga terhadap kesehatan fisiknya juga. Sudah jelas kondisi ini memberikan dampak buruk bagi generasi muda, berikut adalahdampak negatif dari fenomena FoMO:

  1. Membuat Prestasi Siswa Menurun

Fear of missing out membuat para siswa menyia-nyiakan waktu berharga mereka, hanya sekedar untuk mengejar tren dan jadi kurang produktif. Saat belajar pun para siswa jadi kurang berkonsentrasi karena mereka terlalu memperhatikan feeds teman di social media. Akibatnya, kondisi tersebut bisa menurunkan prestasi belajar siswa di sekolah. 

  1. Timbul Kecemasan pada Diri Sendiri

Dampak negatif FoMO dapat berujung kepada depresi dan timbulnya kecemasan atau anxiety. Menghabiskan waktu berjam-jam berselancar di internet dapat berdampak buruk pada suasana hati siswa.

Sosial media lebih sering menampakkan versi terbaik dari kehidupan orang lain yang memang ingin ditunjukkan kepada pengikutnya. Sayangnya, hal tersebut dijadikan proses membandingkan dengan hal-hal negatif dalam hidup orang lain. Membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain adalah jalan lurus menuju kecemasan.

  1. Gangguan Keuangan

FoMO memaksa siswa harus membeli saat itu juga apa yang dilihat di online shop. Siswa bahkan dikuasai hasrat untuk tidak ketinggalan zaman, akan tetapi akhirnya akan kehilangan keuangan.

Tak sedikit siswa yang terkena sindrom FoMO hingga harus berhutang kepada temannya dan menghabiskan uang saku sekolahnya hanya untuk memenuhi hasratnya. Akibatnya kondisi keuangan sangat terpengaruh.

  1. Pola Tidur Tidak Sehat

Selain meningkatkan efek kecemasan, dampak negatif FoMO lainnya, yaitu dapat menyebabkan kurang tidur. Banyak penelitian memaparkan bahwa peningkatan penggunaan sosial media akibat sindrom FoMO memiliki efek negatif pada kualitas tidur yang tidak sehat.

Tubuh manusia pada dasarnya memerlukan jeda untuk istirahat serta memulihkan beberapa fungsi tubuh supaya bisa kembali bugar dan segar. Oleh karena itu, setiap manusia perlu tidur.

Rangsangan fisiologis antara pengguna smartphone terhadap cahaya biru terang pada layar smartphone, diduga kuat dapat menunda ritme sirkadian. Hasilnya, setiap pengguna smartphone yang berlebihan tidak memiliki masa tidur efektif.

  1. Merasa Insecure

Seseorang siswa yang mengalami sindrom FoMO tidak bisa jauh dari sosial media. Akibatnya siswa tersebut bisa saja terdorong untuk membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain, bahkan sempat ada pula yang jadi sering mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Padahal setiap manusia terlahir mempunyai jalur kehidupan, standar kesuksesan dan kenikmatan masing-masing sesuai versinya. Hal ini akhirnya, membuat siswa tersebut insecure (tidak percaya diri), kesulitan dalam bersosialisasi,  atau cenderung merasa rendah diri.

Cara termudah menghilangkan sindrom FoMO dengan cara mencari aktivitas produktif lain. Misalnya, seperti berolahraga atau melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobi, atau mengakses Perpustakaan Digital Sekolah. Toh di dalam EDOO – Perpustakaan Digital Sekolah, juga ada fitur media sosialnya, EDOOers. 

Saatnya kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin, berusaha untuk lebih kepo dalam belajar memajukan diri sendiri seperti soft skill maupun hobi yang ingin didalami. Up to date (terkini) boleh, akan tetapi jangan lupa untuk melupakan pengembangan diri ya, EDOOers.

Sekarang, EDOOers jadi tahu kan, kalau ternyata sindrom Fear of missing out (FoMO) mempunyai banyak dampak negatif? Maka dari itu, jangan sampai kita terkena sindrom FoMO. Ayo jaga kesehatan mental dan fisik kita, karena mencegah lebih baik dari mengobati.

Berbagai buku, audio, video yang membahas sindrom FoMO dan referensi untuk pengembangan diri bisa didapatkan di EDOO. Silakan diakses dan semoga membuat lebih bersemangat dalam belajar EDOOers. Salam Literasi untuk Edukasi!