Pernahkah kamu mendengar banyak kampus yang menciptakan robot-robot pencari kerja? Ini diyakini menjadi alasan mengapa penganguran terdidik terus bertambah. Soalnya, penambahan Sarjana baru jauh lebih cepat, dibandingkan pertumbuhan lapangan kerja baru.
Salah satu penyebabnya adalah metode belajar umumnya menghafal teks book yang menyebabkan Sarjana tidak bisa mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, banyak Sarjana yang tidak memiliki empati atau kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong Perguruan Tinggi, swasta maupun negeri, segera bertransformasi. Jika tidak, maka Perguruan Tinggi di Indonesia akan kalah bersaing dengan kampus-kampus di luar negeri.
Dampaknya, bisa-bisa lapangan kerja di dalam negeri akan diisi oleh lulusan Perguruan Tinggi dari luar negeri yang lebih siap pakai. Di sisi lain, mungkin saja terjadi, pelajar-pelajar terbaik akan lebih memilih melanjutkan pendidikan di luar negeri, mengingat saat ini perkembangan teknologi informasi menyebabkan akses antara negara sangat dekat.
Perguruan Tinggi akan diakui berprestasi jika mampu memenuhi 8 ciri-ciri yang menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU). Kedelapan ciri-ciri ini dibandi menjadi tiga bagian, yaitu kualitas lulusan, kualitas kurikulum, serta kualitas dosen dan pengajar. Berikut penjelasannya, seperti diolah dari Kemendikbud dan berbagai sumber.
1. Lulusan Mendapatkan Pekerjaan Dengan Penghasilan Layak
Indikator utama Perguruan Tinggi dinilai memiliki kinerja yang baik adalah jika lulusannya mendapat pekerjaan yang layak dengan upah di atas upah minimum regional. Selain menjadi karyawan, lulusan Perguruan Tinggi harus bisa menjadi wirausaha dengan penghasilan yang layak, bahkan bisa membuka lapangan kerja baru. Lulusan yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, juga menjadi salah satu kriteria positif.
2. Mahasiswa Banyak Aktivitas di Luar Kampus
Kurikulum yang ditetapkan kampus, diharapkan tidak hanya mengajarkan teori dan memberikan ujian-ujian menghafalkan isi teks book. Mahasiswa harus mendapatkan pengalaman di luar kampus melalui kegiatan magang di perusahaan, turun langsung melakukan kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat melalui proyek desa, mengajar di sekolah-sekolah untuk menginspirasi pelajar, penelitian, berwirausaha, serta pertukaran pelajar.
3. Dosen Berkegiatan di Industri
Para dosen juga diwajibkan berkegiatan di luar kampus dengan mencari pengalaman industri atau di kampus lain. Jadi, tidak hanya mahasiswa, dosen juga harus memiliki jaringan dengan dunia industri dan aktif. Misalnya, seorang dosen program studi Teknologi Hasil Pertanian, harus memiliki jaringan dan akses ke pabrik pengolahan makanan. Dosen juga harus mengetahui produk, tantangan, inovasi dan masalah terbaru yang dihadapi industri untuk bisa dibagikan saat kuliah, sehingga memberikan gambaran kepada mahasiswa kondisi industri terkini.
4. Mengundang Praktisi Mengajar di Kelas
Perguruan Tinggi juga harus mengundang praktisi untuk mengajar di dalam kampus atau merekrut dosen yang berpengalaman di industri. Ini dilakukan untuk memberikan penyegaran kepada mahasiwa, setidaknya memberikan gambaran tentang dunia kerja yang dihadapi nanti langsung dari praktisi secara rutin. Misalnya, dalam satu semester, cukup satu atau dua kali pertemuan, dan sisanya tetap diajarkan oleh dosen yang murni akademisi.
5. Hasil Riset Dosen Dapat Pengakuan Internasional
Dosen harus diberikan tantangan untuk melakukan penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat yang diakui internasional. Jadi, tidak ada lagi penelitian yang bersifat seadanya atau sekedar untuk memenuhi kuota. Salah satu bentuk diterima secara internasional adalah hasil penelitian dimuat di jurnal-jurnal internasional.
6. Program Studi Bermitra Dengan Lembaga Internasional
Program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia. Kerja sama dapat dilakukan dalam bentuk kurikulum, magang di perusahaan internasional, penelitian bersama dengan kampus atau perusahaan multinasional, serta kerja sama untuk menyerap lulusan.
7. Ada Kelas Berbasis Proyek dan Studi Kasus
Metode belajar diharapkan tidak hanya menghafal teori, tetapi juga dapat diaplikasikan melalui metode studi kasus. Semua mahasiswa diharapkan berpartisipasi dan bekerja sama mengikuti mata kuliah berbasis proyek atau metode studi kasus.
8. Program Studi Standar Internasional
Perguruan Tinggi diminta mulai melakukan penyesuaian program studi menjadi berstandar internasional dengan akreditasi atau sertifikasi tingkat internasional. Sehingga, Sarjana yang dihasilkan tidak hanya siap bekerja di dalam negeri, tetapi juga siap pakai di luar negeri. *