Skip to content

6 Masalah Sosial yang Perlu Diperhatikan Selama Pandemi Covid-19

Computer photo created by tirachardz – www.freepik.com

Pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat untuk melakukan pembatasan sosial alias sosial distancing. Tujuannya untuk mencegah penularan Covid-19 antar-manusia karena bisa saja orang di sekitar kita terinfeksi virus corona.

Sebagai makhluk sosial, pasti ada kebutuhan yang tidak terpenuhi secara psikologis jika interaksi antara sesama manusia harus dibatasi. Untuk mencegah dampaknya, Anthony Silard, pengajar kepemimpinan di California State University San Bernardino, di laman resmi Phsycology Today mengatakan ada enam masalah akibat jaga jarak sosial yang perlu antisipasi.

  1. Tetap Dekat Secara Emosional Adalah Kuncinya

Social distancing telah menjadi norma global untuk memperlambat penyebaran Covid-19. Namun, kamu harus berhati-hati dengan kata-kata yang digunakan, karena kata-kata itu memiliki arti yang memengaruhi emosi, pikiran, dan tindakan kamu. Jadi, meskipun ada pembatasan pertemuan, kunjungan atau kegiatan sosial lain, agar hidupmu tetap seimbang kata kuncinya adalah tetap dekat secara emosional kepada orang-orang yang kamu kasihi.

2. Jarak Sosial Bukan Jarak Emosional

Sebenarnya, yang perlu kamu lakukan bukanlah social distancing sama sekali, tapi jarak fisik. Dalam pengertian ini, kamu perlu menjelaskan bahwa jarak sosial bukanlah jarak emosional. Sebagai manusia, kamu ditakdirkan untuk bersosialisasi, sehingga jika terjadi jarak secara emosional, maka bisa berdampak pada kesehatan mental selama beraktivitas di rumah saja.

3. Keterbatasan Kita Adalah Fisik, Bukan Emosional

Melalui pemberitaan dan pengumuman, kamu disuruh berulang kali untuk mengamati jarak sosial sebagai tindakan utama menghadapi Covid-19. Namun, kamu tetap perlu menjangkau dan menjaga satu sama lain. Kamu memiliki keterbatasan fisik selama periode ini, tetapi itu bukan batasan emosional. Selama karantina dunia ini, kamu perlu terlibat dan tetap melakukan kontak emosional dengan orang lain.

Banyak orang yang saat ini sendirian, meskipun sebenarnya memiliki keluarga dekat, pasangan atau teman-teman. Benda elektronik, seperti telepon dan platform online telah menjadi satu-satunya jendela untuk terhubung dengan orang-orang di luar empat tembok kamu. Dari perangkat ini, kamu menjangkau pekerjaan, kolega, teman, anak dan orang lain.

Saat dunia luar sedang mengalami penguncian besar, kamu perlu membuka kembali hati untuk mengungkapkan perasaan kita, dan terhubung secara dekat dengan orang yang kamu cintai. Salah satu motivasi utama yang harus kamu pertimbangkan dalam rutinitas sehari-hari adalah kebutuhan untuk menciptakan makna bersama.

4. Perubahan Kebutuhan Hubungan Dalam Pandemi

Selama isolasi, emosi berkembang dan membesar. Tingkat kecemasan rata-rata tiga kali lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Hubungan harus mempertimbangkan perubahan psikologis selama pandemi. Manusia tidak hanya di hadapan pandemi Covid-19, tetapi ada juga pandemi kesepian dan pandemi teknologi. Kamu tidak pernah berpikir akan menggunakan teknologi dengan cara baru ini untuk menyangga isolasi fisik.

Jika kamu berbicara dengan orang tua sekali seminggu, jika kamu terhubung dengan teman-teman setiap Jumat malam atau jika ada acara, banyak dari kita sekarang mungkin perlu mempersingkat waktu pertemuan. Meskipun hubungan fisik dapat mengakibatkan infeksi dan kesehatan buruk, hubungan emosional adalah cara yang tak ada bandingannya untuk memperluas kesehatan dan sumber daya.

Meski dalam karantina yang penuh dengan ketidakpastian, jika kamu tahu bahwa ada orang-orang yang mencintaimu, itu akan membawa ketenangan, menurunkan kecemasan dan memperkuat kesehatan mental. Itu memungkinkan kamu untuk merasa tidak terlalu kesepian, untuk mengakui nilai perasaan dan hubungan. Sekaranglah waktunya untuk belajar bagaimana bersama secara emosional sambil terpisah secara fisik. Ini adalah waktu untuk mengekspresikan cinta kamu kepada orang yang kamu sayangi secara eksplisit dan mendalam.

5. Sendirian Adalah Keadaan Fisik, Kesepian Adalah Keadaan Emosional

Dunia sedang mengalami resesi sosial yang besar, tetapi itu tidak berarti kamu mengisolasi diri sendiri ke dalam kesepian. Sebelum pandemi, banyak orang merasa sendirian di antara orang banyak. Sekarang beberapa dari kamu bahkan tidak kesepian, meskipun secara fisik sendirian dan tidak bertemu satu sama lain.

Kamu perlu mempertimbangkan ketahanan diri yang merupakan proses menyesuaikan diri dengan kesulitan, trauma, tragedi atau situasi stres. Salah satu faktor terpenting dalam ketahanan adalah memiliki hubungan yang penuh kasih dan dukungan di dalam dan di luar keluarga. Banyak orang tidak dapat membatalkan isolasi fisik, tetapi dapat menjalin hubungan emosional dengan orang yang dicintai. Selain itu, kita dapat saling memberi dukungan dan mengubah stres pasca-trauma menjadi pertumbuhan pasca-trauma.

6. Jadikan Momentum Untuk Berubah

Selama pandemi dapat dijadikan sebagai momentum untuk terhubung satu sama lain. Sekaranglah saatnya merawat orang tua dan orang lain yang telah merawat kamu selama bertahun-tahun. Kamu harus mempertimbangkan dan menjangkau orang yang kamu tahu sedang menderita. Berbagi perasaan dan emosi adalah cara yang luar biasa untuk terbuka satu sama lain, untuk menurunkan kecemasan dan stres, untuk menunjukkan kerentanan dan untuk terlibat dalam hubungan yang mendalam dan tulus. Selamat mencoba. *