Skip to content

Ini 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Apakah kamu merasa puas ketika bertekad tidak mau memaafkan seseorang dan akan memelihara rasa marah kepada orang yang telah melukai hatimu? Seolah-olah, jika kamu tidak memaafkan, orang yang bersalah itu sedang mendapatkan kutukan.

Kemudian, kamu berpikir karena kamu tidak mau memaafkan, maka orang yang telah melakukan kesalahan kepada kamu akan menderita hidupnya. Nah, coba kamu pikirkan baik-baik apakah memang tidak memaafkan membawa sesuatu yang baik dalam dirimu. Apakah kutukanmu itu bisa berhasil? 

Ingat, memaafkan bukan berarti memberikan kesempatan kedua untuk disakiti lagi. Namun, memaafkan itu fokusnya adalah diri kamu sendiri, yaitu mengobati hatimu yang sudah tersakiti.

Ketika kamu sudah sembuh, kamu tidak memendam rasa benci, tetapi kamu juga harus rasional dalam bertindak, sehingga orang yang sudah kamu maafkan itu tidak kamu beri kesempatan lagi menyakiti hatimu. Misalnya, kamu hindari atau kamu lebih waspada menghadapinya.

Nah, mengapa kamu harus memaaftkan orang lain yang bersalah kepada kamu atau orang yang telah menyakiti hatimu. Ini dia 5 alasan untuk memaafkan.

  1. Memperjelas Siapa Pihak yang Bersalah

Membuat sebuah keputusan untuk memaafkan orang yang telah menyakiti atau bersalah kepada kamu, sebenarnya sangat bermanfaat untuk mempertegas siapa pihak yang benar dan siapa pihak yang salah. Jika posisimu orang yang memaafkan, berarti kamu di pihak yang benar. Nah, seandainya, hanya jika seandainya, masalah ini di bawa ke pengadilan kamu adalah pihak yang menang dan orang yang bersalah itulah yang akan dihukum. Jadi, ini dulu langkah pertama untuk memantapkan dirimu agar mau memaafkan orang lain.

2. Menyelamatkan Diri Sendiri

Ketika kamu mau memaafkan kesalahan orang lain, pihak pertama yang diselamatkan adalah dirimu sendiri. Rasa marah itu sama saja dengan bara api. Jadi, kamu jangan pernah menyimpan bara api di hatimu apalagi di atas kepalamu. Apalagi sampai di dibawa ke mana-mana. Jika terbakar, yang gosong dan sakit ya kamu lagi. Jangan tunggu lama-lama, secepat mungkin yang kamu bisa, kamu harus melepaskan bara api itu atau melepaskan rasa marahmu. Jadi, ketika kamu melakukannya, pihak yang diselamatkan pertama adalah diri kamu sendiri.

3. Sama Seperti Sakit Fisik, Sakit Hati Juga Harus Disembuhkan, Tidak Cukup Dilupakan

Nah, sakit hati itu adalah sejenis luka bathin harus diobati dan disembuhkan, tidak bisa dilupakan begitu saja. Sakit hati sama saja seperti sakit fisik. Kita ambil satu contoh, sakit fisik yang ringan tapi sakitnya tidak tanggung, yaitu terkilir. Nah, terkilir harus disembuhkan, di bawa ke tukang pijat agar otot-otot kembali diluruskan.

Pada saat proses meluruskan jangan ditanya pasti sakit sekali. Kamu bisa berteriak-teriak karena tidak bisa mengendalikan rasa sakit sewaktu dipijat. Namun, setelah itu, sembuh dan normal kembali. Demikian juga dengan sakit hari, harus disembuhkan.

Cara menyembuhkan sakit hati yang paling ampuh adalah memaafkan, tidak ada cara lain. Bayangkan jika hanya dilupakan, seperti terkilir tadi. Rasa sakitnya akan tetap berada di situ dan akan kumat lagi, meskipun kamu berusaha sekuat tenaga melupakan karena luka itu masih kamu bawa-bawa terus setiap hari, ke mall, ke sekolah, bahkan ke rumah ibadah. Wah repot kan?

4. Tuhan Maha Mengampuni, Tidak Hanya Dosamu, Tetapi Juga Dosa Orang yang Menyakitimu

Nah ini, Tuhan juga Maha mengampuni, makanya kamu harus memaafkan orang lain yang melakukan kesalahan terhadap kamu. Kalimat ini pasti sering sekali kamu dengar. Namun, coba pikirkan lagi, Tuhan itu pencipta semua umat manusia. Jadi, tidak hanya dosa kamu, dosa semua orang, jika bertobat sunggung-sungguh pasti Tuhan akan ampuni.

Sekarang coba kamu pikirkan, kamu tidak mau mengampuni kesalahan orang yang telah menyakitimu. Kamu masih kesal, marah dan kadang-kadang tidak bisa tidur karena memikirkan betapa teganya dia kepada kamu. Kamu masih bertanya-tanya mengapa bisa begitu?

Sedangkan di luar sana, orang yang melukaimu sudah bertobat di sudah menyesal atas perbuatannya. Dia minta maaf kepada kamu, responsmu kamu tidak memaafkan. Jika kamu tidak memaafkan, itu bukan urusan dia lagi karena kamu bukan Tuhan, kamu bukan penciptanya. Dia akan datang kepada Tuhan dan mohon ampun secara sunggung-sungguh. Apa respons Tuhan? Tuhankan Maha Pemaaf? Sudah pasti, Tuhan akan ampuni dia.

Jangan terlalu percaya diri kalau Tuhan hanya mengampuni kamu, Tuhan juga bisa mengampuni musuh kamu. Selanjutnya, setelah mohon ampun kepada Tuhan, orang yang menyakitimu akan merasa lega. Dia memulai hidup baru, dia berjanji tidak melakukan kesalahan yang sama lagi terhadap orang lain. Dia move on. Sedangkan kamu?

5. Waspada Lindungi Diri

Jika kamu memang sudah memaafkan, jangan lengah. Menjadi pribadi pemaaf bukan berarti menjadi orang yang gampang untuk disakiti lagi. Kamu harus waspada dan melindungi diri kamu agar tidak tersakiti atau tertipu lagi dari orang yang sama atau dari orang lain.

Kamu harus belajar dari luka bathin yang pernah kamu alami dan sekarang sudah disembuhkan. Jika memang orang yang membuatku terluka itu sangat berbahaya dan bisa mengancam orang lain juga, kamu bisa mengajukan tuntutan hukum, misalnya.

Jadi memaafkan dan tuntutan hukum adalah dua hal yang berbeda. Memaafkan adalah membuang, melemparkan jauh-jauh atau memusnahkan bara api alias sakit hati atau marah di kepalamu untuk menyelamatkan dan menyembuhkan dirimu sendiri.

Sedangkan tuntutan hukum adalah untuk menghindari ancaman atau memberikan efek jera dan mencegah orang lain mengalami hal yang sama seperti kamu.

Bedanya dengan orang yang sedang marah, motivasi kamu mengajukan tuntutan bukan lagi rasa marah, tetapi ingin membantu orang tersebut agar jera dan tidak mengulang perbuatannya lagi. Juga untuk melindungi orang lain yang bisa saja menjadi korban berikutnya.

Di sisi lain, jika orang ini, sudah bertobat, dia juga akan ikhlas menjalani hukuman karena konsekuensi perbuatannya. Andaikanpun dia tidak bertobat, itu bukan urusan kamu, serahkan saja dia kepada Tuhan. Kamu lanjutkan hidupmu. Jadi, bagaimana? Masih ada alasan untuk tidak memaafkan? *