Skip to content

6 Langkah Menyusun Storytelling di Bisnis Pariwisata

Storytelling atau bercerita tidak lagi hanya dipakai untuk karya sastra. Saat ini, kebutuhan storytelling telah merambah sektor bisnis. Presentasi laporan keuangan yang penuh dengan angka dinilai sudah membosankan, demikian juga dengan promosi barang dan jasa.

Perlu cara penyampaian yang lebih menarik, ringan, mudah dimengerti dan dengan kalimat-kalimat sederhana. Di bisnis pariwisata para pelaku industri pariwisata dituntut meninggalkan cara-cara promosi lama. Mereka perlu menyampaikan potensi dan keunggulan kawasan wisata dengan storytelling, sehingga memberikan narasi yang kuat kepada dunia. Ini dia 6 langkah menyusun storytelling untuk mempromosikan bisnis pariwisata.

  1. Gunakan Prinsip-Prinsip Mendongeng

Story telling dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, lisan, audio atau gambar. Ketika menyampaikan informasi dengan cara story telling, gunakan prinsip yang sama seperti mendongeng. Namun, kamu tidak perlu membelalakkan mata atau menirukan berbagai suara karena informasi yang disampaikan bukan kisah kancil dan buaya atau kisah dongeng lain.

Tetapi, kamu bisa mengikuti prinsip-prinsipnya, antara lain menguasai jalan cerita. Contohnya, jika kamu ingin mempromosikan Danau Toba. Kamu harus tahu pasti dan bisa langsung membayangkan kondisi Danau Toba, bukan informasi yang kamu hafal. Sehingga, ceritamu akan mengalir dan masuk akal. Kamu juga bisa menambahkan modifikasi cerita dengan mengaitkan atau membandingkan satu informasi dengan data lain untuk memperkaya kisahmu.

2. Gali Nilai Kemanusiaan

Jika dalam dongeng kamu perlu menggali karakter tokoh, dalam storytelling kegiatan pariwisata kamu perlu menggali nilai-nilai kemanusiaan di dalam kawasan itu untuk menyentuh setiap orang. Misalnya, salah satu kawasan komplek Raja Siallagan di Pulau Samosir, yang masih meninggalkan bukti sejarah meja persidangan, kamu bisa memperkuat nilai-nilainya, yaitu suku Batak sangat mengedepankan kedisiplinan dan kejujuran.

Orang yang tidak disiplin dan pencuri biasanya akan menerima hukuman dipancung. Kamu bisa mengaitkannya atau membandingkan cerita ini dengan upaya Pemerintah menangani kasus korupsi saat ini. Jadi, sama seperti mendongeng, sampaikan pesan-pesan moral kepada pendengar. Air yang jernih dan perbukitan yang hijau juga dapat kamu kaitkan dengan koservasi alam yang masih dijaga oleh masyarakat setempat.

3. Tetap Didukung Data Lengkap dan Akurat, Bukan Hoaks

Cara penyampaian storytelling memang lebih ringan dan sederhana, tetapi ingat, informasi yang kamu sampaikan tetap harus lengkap dan kurat, bukan hoaks atau mengada-ada. Memang cara penyampaian sangat penting, tetapi isi atau informasi yang kamu sampaikan jauh lebih penting. Jangan pernah menambahkan informasi bohong di dalam ceritamu. Misalnya, kamu menambahkan fasilitas di sebuah kawasan wisata  yang tidak ada. Orang lain akan kecewa jika mengetahui kebenarannya, dan akhirnya tidak percaya lagi terhadap informasi yang disampaikan. Dampak negatifnya, tidak hanya kepada kamu sebagai penyebar informasi, tetapi bisa kawasan wisata, bahkan ke Indonesia, jika mereka ada tulis asing.

4. Menetapkan Tagline atau Nama yang Kuat

Dalam melakukan storytelling kamu perlu menciptakan tagline atau nama-nama kuat, sederhana dan mudah diingat. Untuk kawasan wisata, kamu gali keunggulan masing-masing sudut daerah wisata, sesuai dengan kekuatannya masing-masing. Misalnya, di Desa Parapat Danau Toba tempat wisatawan beristirahat karena banyak penginapan dan hotel bagus. Di Tomok, Pulau Samosir, gudangnya souvenir khas Danau Toba berkualitas dan harga terjangkau. Tuktuk, Pulau Samosir, desa wisata tempat berenang karena air di sekitar pantainya bersih dan segar.

5. Mulai Cerita dari Topik yang Paling Menggugah

Dalam story telling, baik tulisan maupun lisan, tidak semua audiens memiliki banyak waktu untuk membaca atau mendengar. Maka dari itu, mulailah cerita dari topik yang paling menarik dan menggugah. Setelah itu, baru ke topik lain. Untuk pindah ke topik berikutnya cari benang merahnya, sehingga ceritamu tidak melompat dan membingungkan audiens.

Jangan hanya fokus pada produknya, tetapi sampaikan juga cerita dibalik produk itu. Misalnya, lokasi 1.000 tenta di Paropo, Kabupaten Dairi, juga tepi Danau Toba. Kamu bisa menjelaskan berapa luas kawasan, siapa-siapa saja yang berkunjug, pemandangan alam dan fasilitas lain.

Namun, yang tidak kalah menariknya dalam storytelling adalah cerita dibalik itu. Kamu bisa memulai cerita dari awal mula munculnya kawasan itu, ketika para pendaki dan pencinta alam yang biasanya membangun tenda di Danau Lau Kawar, di kaki Gunung Sinabung, tidak bisa lagi melakukan hobinya karena sudah beberapa tahun terakhir dan hingga saat ini Gunung Sinabung masih mengeluarkan erupsi. Awalnya, para komunitas pencinta alam mencari danau dan kaki gunung lain di Sumatera Utara. Namun, tidak ada yang sesuai, sampai akhirnya mereka menemukan dataran di tengah-tengah kawasan perbukitan di Desa Paropo di tepi Danau Toba.

6. Jangan Hanya Fokus Pada Harga

Untuk urusan bisnis, dalam storytelling, jangan memberikan kesan bahwa kamu terlalu fokus pada harga. Memang harga juga harus disampaikan dengan tegas dan pasti, sehingga tidak ada kesalahpahaman informasi. Harga dapat kamu sampaikan dibelakang secara tertulis, sehingga bisa dibaca sendiri oleh audiens, tetapi dalam ceritamu, kamu tetap fokus pada keunggulan dan cerita menarik dari produk barang dan jasa yang ingin kamu promosikan. *