Skip to content

Ini 3 Cara Melawan Stigma Negatif Pasien Covid-19

Orang yang terinfeksi Covid-19 tidak hanya harus berjuang melawan penyakit yang hingga saat ini belum ditemukan obatnya. Selain itu, ternyata penderita harus menghadapi Stigma negatif dari masyarakat yang dapat menimbulkan depresi dan perasaaan terkucilkan dan diabaikan. Sangat disayangkan, stigma ini berasal dari masyarakat.

Untuk mengatasinya, masyarakat diminta menyadari bahwa Covid-19 bukanlah kutukan atau aib, tetapi sebuah penyakit yang memang sedang mewabah di dunia, termasuk Indonesia. Covid-19 bisa menyerang siapa saja, tanpa membedakan umur, status sosial, suku dan agama.

Stigma negatif, jika tidak mampu dihadapi dengan lapang dada oleh penderita, akan menambah buruk kondisi fisik dan psikologi, sehingga akan menghambat upaya perawatan yang dilakukan. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mendorong masyarakat untuk berkerja sama memberantas pandemi Covid-19.

Tidak memberikan stigma negatif terhadap penderita, tidak kalah pentingnya dengan mematuhi protokol kesehatan. Berikut tiga cara melawan stigma negatif.

  1. Jangan Berbagi Ketakuta

Jangan berbagi ketakutan dan kepanikan apalagi yang memojokkan mereka yang telah dites positif atau tenaga kesehatan dan pihak lain yang bekerja untuk mengatasi wabah. Jangan menyebarkan berita negatif yang belum diketahui kebenarannya, dan dari situs atau akun medis sosial yang diragukan identitas pemiliknya.

Ketakutan yang berlebihan juga bisa menimbulkan reaksi yang tidak baik, seperti yang terjadi di sejumlah daerah. Kita pernah mendengarh adanya kepompok masyarakat yang menolak menerima  tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19 untuk pulang ke rumahnya. Ada juga warga yang menolak penguburan pasien Covid-19 yang meninggal, sehingga menghambat acara pemakaman, padahal semua petugas sudah menerapkan protokol kesehatan.

2. Tunjukkan Empati

Tunjukkan empati dan kasih saying pada orang yang diketahui terkena virus. Kamu dapat memberikan pesan atau video call bersama keluarganya. Banyak bentuk perhatian yang bisa kamu lakukan. Misalnya, jika pasien Covid-19 adalah ibunya yang biasa memasak dan menyiapkan makanan keluarga, kamu bisa mengantarkan makanan misalnya. Atau sekedar mengirimkan pesan penyemangat jika kamu mengenal pasien.

Siapapun bisa terinfeksi virus. Untuk memperkuat empati, bayangkan jika kamu sendiri yang mengalaminya, atau salah satu keluarga terdekatmu. Tentu kamu tidak berharap mendapatkan sitgma negatif bukan?

3. Cari Informasi yang Benar Mengenai Covid-19

Cari tahu lebih banyak tentang COVID-19, pelajari apa yang perlu dilakukan untuk melindungi diri dan jangan terjebak pada hoaks atau informasi keliru. Mengetahui fakta akan mengurangi ketakutan dan kecemasan.

Carilah, informasi dari situs resmi, seperti website resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19, yaitu www.Covid-19.go.ig. Di situ ini, kamu akan bisa melihat pembaharuan kasus terbaru, edukasi masyarakat dan tanya jawab semua persoalan seputar pandemi Covid-19 secara lengkap.

Ada juga situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana di laman www.bnpb.go.id, situs Kementerian Kesehatan, Kementerian Informasi dan Informatika, Sekretaris Kabinet dan Kementerian Luar Negeri untuk kasus-kasus yang terjadi di luar Indonesia.

Dengan mengetahui informasi yang benar, kamu tidak akan panik ketika mendengar informasi ada yang terinfeksi Covid-19. Selalu jaga jarak dengan orang lain minimal 1-2 meter. Kemudian, sering cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir minimal selama 20 detik. Protokol kesehatan lain adalah menggunakan masker setiap ke luar rumah.

Masker juga digunakan saat di dalam rumah untuk anggota keluarga yang sakit atau sedang merawat orang sakit. Kamu juga dapat segera mencari pertolongan medis bila mengalami gejala demam, batuk kering dan sesak napaf. Jadi tidak perlu panik, tetapi lakukan secepat mungkin pertolongan pertama sesuai dengan protokol kesehatan yang telah kamu pelajari. *