Skip to content

Takjil Menyatukan dan Mempererat tali Persaudaraan antar Umat beragama

Seperti yang kita ketahui, takjil merupakan salah satu jajanan yang biasa disantap saat berbuka puasa. Mengutip dari Ensiklopedia Islam Hafidz Muftisany (2021), takjil dalam bahasa Arab berarti “menyegerakan”. Islam mengenal takjil sebagai makanan ringan yang dikonsumsi untuk mempercepat buka puasa.

Jenis takjil yang dijual bermacam-macam mulai dari kolak, es timun suri, sup buah, risol, lontong dan lain-lain. 

Sensasi mengejar takjil menjelang berbuka juga tak menutup kemungkinan akan membuat heboh kalangan masyarakat non muslim atau disingkat “nonis”. Seperti fenomena viral yang terjadi baru-baru ini. 

Banyak dari mereka yang berburu makanan lezat ini dengan penuh semangat. Saat nonis pergi berburu takjil, banyak hal menarik yang terjadi. Bahkan konten kreator  dan selebriti ternama pun turut berpartisipasi dan memeriahkan suasana.

Fenomena Baru “nonis” Berburu Takjil: Tren yang Meriahkan Bulan Ramadan saat ini.

Selalu ada hal unik yang terjadi selama Ramadhan. Terlihat di berbagai platform media sosial, banyak nonis yang senang membeli hingga memborong takjil meski masih siang hari.

Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai reaksi mulai dari kekaguman, humor, hingga kekhawatiran di kalangan umat Islam yang takut tak kebagian.

Jadi, dari mana sebenarnya tren ini berasal?

Apa yang melatarbelakangi terjadinya fenomena ini? 

Beberapa kemungkinan penyebabnya:

  1. Semangat toleransi dan kebersamaan. Di bulan Ramadhan, semangat toleransi dan kebersamaan semakin terasa di kalangan umat beragama. Saudara umat “nonis” ingin menunjukkan solidaritas dan dukungan kepada saudara-saudara Muslim yang berpuasa dengan berpartisipasi dalam berburu takjil.
  2. Tradisi dan kemeriahan. Bagi nonis, berburu takjil adalah pengalaman baru, menarik dan menyenangkan. Mereka ingin merasakan kemeriahan Ramadhan dan menikmati tradisi berburu takjil bersama keluarga dan sahabat.
  3. Rasa takjil. Takjil Ramadhan terkenal dengan rasanya yang nikmat. Beragam jajanan tradisional dan makanan khas Ramadhan yang tidak biasa ditemui di hari-hari biasa membuat kebanyakan orang tergoda untuk mencobanya.

Menuai Berbagai Tanggapan:

Banyak pihak yang menyambut baik tren tersebut karena menganggapnya sebagai tanda toleransi dan keberagaman Indonesia.

Namun, ada juga yang mengingatkan “nonis” untuk tetap menghargai umat Islam yang berpuasa dan tidak berburu takjil terlalu dini.

Meski banyak tanggapan pro dan kontra. Fenomena ini menunjukkan bahwa Ramadhan tidak hanya tentang ibadah, tapi juga tentang kebersamaan dan toleransi.

Antusiasme “nonis” berburu takjil menjadi bukti bahwa Ramadhan mampu mempersatukan dan mempererat persaudaraan antar umat beragama di Indonesia.

Terdapat Poin-poin penting:

  1. Fenomena ini menunjukkan semangat toleransi dan kebersamaan antar umat beragama.
  2. Para penganut “nonis” ingin merasakan kemeriahan Ramadhan dan menikmati tradisi berburu takjil.
  3. Cita rasa takjil Ramadhan juga menjadi daya tarik bagi “nonis”.
  4. Fenomena ini banyak menuai respons positif maupun negatif.
  5. Pada dasarnya fenomena ini menunjukkan bahwa Ramadhan bukan hanya tentang ibadah, tapi juga tentang kebersamaan dan toleransi.

Itulah fenomena viral bulan Ramadhan yg mengandung nilai dan makna, menjaga tali persaudaraan antar umat bergama. Menjunjung tinggi tolerasi adalah kewajiban seluruh warga Negara. Salam Literasi Untuk Edukasi!

Article by : Ma’ruf Munir