Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Bulan penuh berkah, terdapat banyak makna dan keutamaan sehingga menjadikannya begitu berharga bagi umat Islam.
Bulan yang menjadi salah satu rukun sehingga diwajibkan sebagaimana umat Islam untuk berpuasa. Tidak sekedar hanya menahan diri dari makan, dan minum, mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari, tetapi juga meningkatkan ibadah dan kebaikan antar sesama.
Ramadhan juga merupakan bulan dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan dibelenggunya setan. Hal ini menjadi momentum untuk memperbaiki hubungan dengan Allah SWT dengan beribadah, shalat, tilawah Al-Quran, dan berbagai amal kebaikan lainnya. Sehingga kesempatan meraih pengampunan, pahala, dan keberkahan begitu besar.
Selain itu, Ramadhan adalah bulan dimana umat Islam berlomba-lomba dalam beramal shaleh dan bersedekah. Sehingga, bulan Ramadhan adalah bulan istimewa yang sangat ditunggu tunggu oleh seluruh umat Islam diseluruh dunia.
Tahun 2023 sendiri bulan Ramadan jika dilihat dari penanggalan masehi maka bertepatan dengan bulan Maret, tepatnya akhir bulan tanggal 23 Maret. Sedangkan di tahun 2024 mengalami kemajuan ramadhan jatuh pada tanggal 12 Maret.
Namun, pernahkah Sobat EDOOers perhatikan kenapa bulan ramadhan berbeda dengan tahun sebelumnya dan selalu maju disetiap tahunya. Apa penyebab semakin majunya bulan Ramadhan? apakah benar pada tahun 2030 umat islam bakal mengalami fenomena langaka yakni puasa ramadhan 2 kali dalam setahun? Yuk kita ulik penjelasnya:
Perbedaan Kalender Masehi dan Hijriah
Penyebab perbedaan awal bulan Ramadhan setiap tahunnya adalah perbedaan kalender yang dimaksud, yakni kalender Hijriah dan kalender Masehi. Umumnya masyarakat mengacu pada kalender Masehi, padahal Ramadhan adalah nama bulan dalam kalender Hijriah
- Kalender Masehi
Sistem Solar atau Tata surya adalah sistem kalender yang didasarkan pada orbit bumi mengelilingi matahari. Pada awalnya tata surya hanya digunakan untuk siklus jangka pendek yaitu siklus harian. Saat matahari terbit dan terbenam disebut “siang”. Sedangkan saat tidak ada matahari disebut “malam”.
Maka gabungan keduanya disebut satu hari. Namun ketika fenomena terbit dan terbenamnya matahari digunakan untuk menghitung siklus jangka panjang, ternyata tidak akurat, sehingga masyarakat sudah lama tidak mengetahui tentang tata surya, karena pola pergerakannya tidak bisa dilihat.
Orang-orang pernah memperhatikan bahwa pergerakan matahari terbit dan terbenam tidak berulang pada orbit yang sama. Tata surya membagi 1 tahun secara langsung menjadi 365 posisi matahari di langit.
Mengapa 365 hari? Karena setelah angka tersebut, matahari kembali ke posisi semula. Sehingga sistem kalender yang kita gunakan sehari-hari adalah kalender Masehi. Kalender Masehi menggunakan tata surya dalam perhitungannya.
Article by : Ma’ruf Munir