Takdir manusia memang tidak ada yang tahu, kecuali sang Pencipta. Sangking misteriusnya jalan hidup, ada beberapa yang berpasrah, ataupun kalah di tengah jalan. Namun, tidak demikian dengan Yahya, sejak tahun 2010, ia memantapkan diri menjadi badut syariah untuk mengajarkan mengaji kepada anak-anak.
Mempunyai nama lengkap Yahya Edward Hendrawan, ia merupakan seorang guru mengaji yang tinggal di daerah Pinang, Kota Tangerang. Sehari-hari, Yahya mengajar di Panti Asuhan Darussalam, Pinang, Kota Tangerang.
Namun, Yahya memiliki cara yang berbeda dalam mengajar murid-muridnya. Agar anak-anak di lingkungan rumahnya mau untuk belajar mengaji, lantas ia mengenakan kostum badut setiap mengajar baca-tulis Al-Quran.
Meskipun sempat dicemooh orang-orang, karena mengajar ngaji dengan memakai berkostum badut. Pria berumur 38 tahun tersebut yakin bahwa menghibur ialah salah satu bentuk ibadah. Apalagi jika tujuannya supaya anak-anak senang dan bersemangat untuk belajar mengaji.
Selain itu, awalnya Yahya juga mendapat penolakan dari pihak keluarganya, khususnya dari anak pertamanya yang malu terhadap profesi sang ayah. Namun, hal tersebut tidak membuat semangatnya turun dan terus menyakinkan keluarganya bahwa profesi yang jalani ini mengajak kebaikan.
Perjalanan hidupnya menjadi badut dimulai sejak berhenti dari pekerjaannya sebagai kurir dan petugas kebersihan di salah satu bank. Lalu, Yahya bergabung dengan komunitas Aku Badut Indonesia (ABI) dan hingga ia mendapat ide untuk menggabungkan profesinya sebagai badut dengan tekadnya sebagai guru mengaji.
Alasan Berkostum Badut
Saat Yahya mengajar ngaji di Yayasan Darussalam Annur, ia tidak mengharapkan imbalan materi dari mengajar ngaji tersebut. Namun, ia juga tidak setiap hari memakai kostum badutnya untuk membuat anak-anak terkejut dan membuat menarik mereka untuk setiap hari datang belajar ngaji.
Alasan Yahya sendiri memakai kostum badutnya adalah karena terinspirasi oleh kisah Abu nawas yang mensyiarkan agama islam dengan hal-hal yang jenaka, supaya anak-anak tertarik untuk belajar dan tidak bosan untuk mengaji. Selain itu, ia tidak lupa menyelipkan trik sulap saat sedang belajar.
Yahya selalu memperbarui kostum badutnya dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Saat ini juga, ia tidak menggunakan perut buncit ciri khas badut pada umumnya, akan tetapi ia terus berganti tema kostumnya saat mengajar mengaji, supaya anak-anak tidak bosan. Namun, ciri khas hidung merah seperti tomat, selalu dipakai saat memakai kostum badut.
Tak cuma melucu sebagai seorang badut saja. Berbekal ilmu agama yang kuat, Yahya mencoba menggunakan badut sebagai sebuah metode untuk mengajar agama. Tujuannya simple, ia ingin semakin banyak anak-anak yang berada di lingkungan sekitarnya tertarik dan tentunya agar semakin lebih semangat untuk belajar agama.
Pada setiap pengajarannya, badut syariah ini selalu menyampaikan pelajaran tentang adab, moral, dan akhlak. Selain itu, ustadz Yahya turut serta membina anak-anak menjadi generasi yang saleh dan berbudi pekerti luhur di dunia secara Ikhlas dengan hanya mengharapkan ridho Allah SWT semata.
Punya Taman Bacaan
Bersama komunitas Aku Badut Indonesia (ABI), Yahya gencar melaksanakan gerakan gemar membaca. Nah, sebelum adanya pandemi Covid-19, ia sering berkeliling kampung mengajar anak-anak dengan memberikan buku-buku bacaan. Menurut Yahya hal yang dilakukannya tersebut semata-mata, karena ingin melihat anak-anak gemar membaca buku ketimbang selalu bermain game online.
Guna merealisasikan cita-citanya tersebut, Yahya membangun Taman bacaan yang diberi nama “Kampung Baca Sudimara Pinang” dan lambat laun berubah nama menjadi taman baca Badut Syariah. Taman bacaan ini berada persis di samping pekarangan rumahnya dengan tujuan supaya anak-anak yang berada disekitar kampungnya menjadi lebih gemar membaca buku.
Kehadiran taman bacaan yang Yahya rintis ini atas bantuan dari Karang Taruna Sudimara Pinang. Terkait bantuan buku-buku bacaan, ia peroleh dari para donatur, dan ada juga dari pak Lurah dan pak Camat. Selain itu, ia sekarang ini diketahui sedang berupayua merintis Kampung Iqra.
Demikianlah kisah inspiratif dari Yahya Hendrawan sebagai badut syariah yang keliling kampung mengajarkan anak-anak ilmu agama. Semoga kisah tadi bisa menginspirasi guru-guru di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Salam Literasi Untuk Edukasi!