Keterbatasan fisik bukan sebuah penghalang bagi I Gusti Ketut Arya Subakti, seorang pelukis disabilitas yang berasal dari Desa Kayu Putih, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. Bocah berumur 15 tahun tersebut mengalami cacat fisik yang membuatnya lahir tanpa kedua kaki dan tangan kanan.
Walaupun tanpa fisik yang sempurna, Arya tidak pernah patah semangat untuk mewujudkan mimpinya menjadi pelukis yang handal. Bahkan, ia terus menonjolkan kelebihannya dalam melukis, meski mengalami kesulitan untuk beraktivitas sendiri.
Arya mengaku, dirinya sudah mulai mempelajari melukis sejak usia 7 tahun secara otodidak dengan bantuan dari saudara-saudaranya. Alhasil lewat kegigihannya tersebut membuat dirinya sekarang kini semakin piawai melukis di atas kanvas.
Sedangkan, lukisan yang digambarnya pun juga sangat beragam. Mulai dari pemandangan alam, tarian bali, sampai lukisan yang paling ia sukai, yaitu lukisan ogoh-ogoh dan barong. Adapun, impian Arya adalah ingin mempunyai studio lukisan sendiri, agar banyak orang-oranng melihat karyanya.
Apabila ia mengerjakan sebuah lukisan yang cukup rumit, biasanya membutuhkan waktu selama 1-2 bulan. Sementara itu, untuk lukisan dengan tema sederhana seperti pemandangan, Arya hanya memakan waktu 4 jam sampai lima hari untuk menyelesaikan lukisan tersebut.
Bakat seni yang Arya miliki ini, diturunkan dari sang Ayah yaitu Gusti Made Sujana yang piawai bermain alat musik tradisional Bali dan ibunya bernama Made Tri Sulastri yang juga pandai menari. Menurut sang Ayah, pertama kali karya lukisan Arya terjual saat dibantu oleh relawan, akan tetapi lukisannya juga di jual di rumah dan yayasan.
Adapun, pelukis disabilitas dari Bali ini pernah melukis sosok Presiden Joko Widodo. Bahkan, sejumlah karya lukisnya sudah sempat dibeli oleh orang-orang terkenal, seperti istri Gubernur Bali Nyonya Putu Putri Suastini Koster, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, dan Senator Sri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna. Selain itu, Arya juga sukses menjual dua buah lukisannya pada acara Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022 lalu.
Selama berada di sekolah untuk mengikuti pelajaran, Arya selalu ditemani oleh ibunya. Sebab, ibunya merasa kasihan, kalau anaknya harus jalan seperti ngeret (ngesot). Bahkan, selama berada di rumah pun, Arya selalu berjalan dengan cara “ngesot” dengan memakai tumpuan tangan kiri untuk berjalan.
Selain melukis, kehebatan lain dari Arya adalah menabuh gong. Bahkan sekarang ini, ia sudah piawai dalam tabuh Tarian Puspanjali. Bukan hanya itu saja, bocah penyandang disabilitas ini juga ikut megambel dengan menabuh cengceng dari atas kursi rodanya, ketika ritual pengarakan ogoh-ogoh pada malam Pangerupukan Nyepi Tahun Baru Saka 1941 (6 Maret 2019) lalu.
Semoga kisah dari Arya sang pelukis disabilitas dari Bali ini, menjadi motivasi bagi siswa-siswi lainnya untuk ikut mendulang prestasi sesuai bakat, minat dan kemampuan masing-masing. Semangat terus, Arya! Kamu tahu kisah inspiratif lainnya dari siswa atau guru lainnya? Share di kolom komentar ya.