Kisah inspiratif dari EDOO kali ini akan menceritakan tentang Sumadi Azhar seorang guru yang istimewa. Dia merupakan guru difabel yang tidak dianugerahi fisik sempurna. Sumadi sejak kecil mengalami disabilitas dengan kondisi kaki dan tangan yang menekuk, sehingga dirinya tak bisa berdiri dan melakukan segala hal dengan cara berjongkok.
Meskipun, Sumadi sering dicibir orang-orang karena kondisi fisiknya, tetapi semangatnya dalam membantu anak-anak di desanya membuat rasa kecil hatinya luntur. Baginya tidak ada hidup yang lebih bermakna, selain bisa membagikan ilmu pengetahun kepada anak-anak yang berada jauh di pedalaman Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Saat mengajar murid-muridnya, pria berumur 34 tahun tersebut selalu semangat dengan suara yang terdengar lantang dan nyaring di antara puluhan anak-anak didiknya. Sumadi menjadi guru di sekolah PAUD Al Hijrah, Mangkung, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Walaupun, para anak didik Sumadi belajar di tengah kondisi yang serba terbatas, tetapi mereka selalu menjawab dengan lantang pertanyaan-pertanyaan dari Sumadi. Sekolah tempat Sumadi mengajar pun juga sangat sederhana, cuma beralaskan tikar tipis sebnagai tempat duduk dan dinding dari bilik bambu yang rapuh menjadi pelindung di kala hujan dan panas menerpa.
Sumadi mengatakan, walaupun diterjang hujan, terkena air hujan, akan tetapi semua hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya dalam memberikan pelajaran untuk anak-anak PAUD, karena mereka merupakan generasi penerus bangsa kelak.
Pria yang hanya lulusan MI tersebut sangat tulus dalam mengajar anak-anak didiknya di sekolah. Sumadi bahagia bisa mengajar dan mengenalkan alat-alat transportasi, membaca doa dan bernyanyi bersama para muridnya. Pada malam hari, ia juga menjadi guru baca tulis Al-Qura’n di rumahnya untuk masyarakat sekitar.
Sedangkan, alasan utama Sumadi mengajar ialah guna meneruskan perjuangan almarhum kakek dulu yang juga sebagai pendidik. Selain itu, alasan ia mengajar agar di dalam diri anak-anak ada ilmu pengetahuan dan ilmu agama, supaya mereka tidak terbengkalai masa depannya, lebih-lebih di era globalisasi seperti saat ini.
Jangan dikira Sumadi berpangku tangan ya sobat EDOOers, meskipun dirinya membutuhkan perhatian lebih karena kondisinya tersebut. Sumadi yang seorang kepala keluarga dengan 3 anaknya, tetap mandiri dalam mencari nafkah dengan mengumpulkan sampah-sampah di sekelilingnya dan lalu dijual.
Bermula dari memulung sampah bertahun-tahun, guru difabel tersebut akhirnya berhasil membeli 2 ekor kambing yang diternakan dan lalu bisa dijual kedepannya. Semua ia lakukan sendiri tanpa bantuan siapa pun atau alat yang menopangnya.
Menurut Rodhatul Jannah selaku istri dari Sumadi mengatakan, bahwa Sumadi merupakan sosok yang pekerja keras dan pantang menyerah meski dengan berbagai keterbatasan fisik dan finansial. Selain itu, ada hal lain yang membuat Rodhatul setia mendampingi Sumadi ialah sifat bertanggung jawab dan penyayangnya kepada keluarga.
Sumadi berharap kelak anak-anak didiknya dapat memperoleh tempat belajar yang layak tanpa kebasahan dikarenakan hujan. Ia juga bermimpi suatu saat tempatnya mengajar bisa memiliki kursi, meja dan dinding bata yang dapat melindungi para muridnya dari hawa dingin dan panas ketika belajar.
Sebagai informasi ternyata Sumadi salah satu anggota dari yayasan Lombok Independent Disabilitas Indonesia (Lidi Foundation). Yayasan ini merupakan komunitas difabel yang ada di seluruh Lombok. Komunitas ini mewadahi para disabilitas atau difabel untuk saling tolong menolong dan membantu pemberdayaan antar sesama guna menyambung hidup serta memberikan dukungan secara moral.
EDOOcator dan EDOOers, begitu besar perjuangan Sumadi Azhar sebagai guru difabel dalam mencerdaskan anak-anak di pedalaman Nusa Tenggara Barat. Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Pak Sumadi adalah jangan pernah menyerah dalam memberikan yang terbaik untuk pendidikan dan keluarga. Kamu tahu kisah inspiratif lainnya? Share di kolom komentar ya.