Skip to content

Kisah Sadariah: Sang Eksportir Sapu Lidi Ke Luar Negeri

Sadariah yang merupakan mahasiswi asal Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Provonsi Sulawesi Barat (Sulbar) telah menjadi seorang eksportir sapu lidi 25 ton ke India. Kesuksesan yang diraihnya pada umur yang ke-22 tahun tersebut tentunya penuh dengan perjuangan.

Bahkan, ia sadar bahwa keberhasilan yang dicapainya itu membuatnya harus bertanggung jawab dan menjaga kepercayaan yang telah diberikan. Tak ada yang menyangka, produk yang awalnya dianggap remeh temeh ini yaitu berupa sapu lidi tidak memiliki nilai jual. Namun, ternyata sapu lidi ini bisa laku di pasar internasional.

Pemudi yang menjadi pendiri sekaligus Direktur CV.Coco Mandar Indonesia ini awal perjalanan
bisnisnya dianggap remeh, tetapi hal tersebut malah membuatnya semakin terpacu agar perusahaan yang dipimpinnya tersebut terus menerus berkembang.

Ternyata Sadariah merupakan seorang anak sulung dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Sallah dan Warda. Sejak kecil, Sadariah bertempat tinggal bersama keluarganya di Desa
Sambali Wali, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, lantaran kedua orang tuanya merantau di Malaysia.

Ekspor Sapu Lidi Berkah dari Pandemi

Kesuksesan Sadariah dalam menjadi eksportir sapu lidi, rupanya berangkat dari kegalauannya di tengah pandemi COVID-19 kala itu. Saat itu dia mulai menggeluti beberapa bisnis meski belum membuahkan hasil yang manis.

Sampai di suatu titik, dimana Sadariah mulai tertarik menggeluti bisnis sapu lidi dengan membangun perusahaan bernama CV Coco Mandar. Usaha sapu lidi tersebut hasil dari analisanya terhadap potensi alam kelapa di kampung halamannya. Produk berupa sapu lidi kualitas premiumnya pun ditawarkan lewat website cocomandar.com yang membutuhkan waktu berbulan-bulan sampai akhirnya berhasil dilirik pembeli asal India.

Seorang buyer (pembeli) dari India tersebut, secara langsung mengontak Sadariah lewat WA (WhatsApp) dan meminta tolong disiapkan sapu lidi. Sadariah pun tertantang memenuhi permintaan dari buyer (pembeli) sesuai spesifikasi, meski pada awalnya sempat ada keraguan. Namun uang DP 30% yang sudah ditransfer lebih dulu dari buyer, membuatnya semakin yakin tak ingin kesempatantersebut hilang begitu saja.
Sadariah pun sadar betul apa yang dicapainya tersebut, merupakan buah dari kerja keras di masa pandemi COVID-19. Namun, keberhasilannya menjadi eksportir sapu lidi membuatnya semakin yakin bukan cuma untuk dirinya sendiri, tetapi agar bisa menginspirasi orang lain pula.

Mahasiswi muda ini berharap ekspor sapu lidi dapat berjalan secara lancar dan memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Sedangkan, selain untuk bisnis, tujuan mengekspor sapu lidi ini untuk membawa peubahan dan mengembangkan perekonomian masyarakat khususnya di Polewali Mandar.

Giatkan Edukasi Untuk Lawan Stigma Negatif Masyarakat

Guna mengatasi banyaknya tantangan ketika mengawali bisnis sapu lidinya, Sadariah melakukan berbagai macam cara, termasuk memperbanyak edukasi ke masyarakat terkait manfaat dan potensi dari limbah daun kelapa yang selama ini diabaikan oleh masyarakat. Selain itu, Sadariah juga berupaya untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak atau kelompok masyarakat, seperti pengelola madrasah tempatnya bersekolah beberapa tahun lalu.
Saat Sadariah berkerja sama dengan madrasahnya dulu, ia sempat menuai sorotan negatif. Padahal kerja sama yang dijalinnya memiliki niatan baik yaitu dengan membeli berapa pun sapu lidi yang disiapkan siswa.

Harapan dengan membeli sapu lidi dari siswa tersebut dapat membantu perekonomian pelajar dan meringankan beban ekonomi pelajar, supaya tidak perlu lagi meminta uang kepada orang tua mereka serta para siswa bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan kecilnya.

Keberhasilan Ekspor Sapu Lidi

Keraguan dan cemoohan dari masyarakat, akhirnya berhasil dijawab oleh Sadariah dengan kesuksesannya dalam melakukan ekspor sapu lidi perdana pada hari Juma’t, 23 April 2023 kemarin.

Pelepasan produk ekspor sapu lidi dari CV Coco Mandar tersebut dilakukan secara simbolis oleh Ali Baal Masdar selaku Gubernur Sulawesi Barat dan sejumlah pejabat lainnya di lapangan Pancasila, Polewali Mandar. Ekspor perdana sapu lidi tersebut berhasil melambungkan nama Sadariah sebagai eksportir sapu lidi ternama di usia muda.

Momentum keberhasilan tersebut seolah-olah menjadi awal bagi Sadariah, sampai mulai dikenal sebagai eksportir ternama Indonesia di usia yang masih belia. Bahkan tawaran kerja sama
mulai silih berdatangan dari beberapa negara, seperti ada tawaran dari Thailand dan Pakistan. Bahkan sebanyak 50 ton sapu lidi juga telah diekspor ke Pakistan dan India pada tanggal 28 Mei 2023 kemarin sebagai kegiatan ekspor ketiga.

Sementara itu, menurut sang eksportir sapu lidi tersebut CV Coco Mandar sudah menjalin
komunikasi dengan buyer dari Thailand. Pembelian sapu lidi yang diproduksi oleh CV Coco mandar tersebut bukan cuma dimanfaatkan sebagai lat kebersihan saja, tetapi juga untuk  kelengkapan upacara keagamaan seperti di India.

Semoga kisah dari Sadariah sebagai sosok eksportir sapu lidi ke luar negeri ini, dapat menjadi motivasi bagi siswa-siswi lainnya untuk ikut mendulang prestasi sesuai bakat, minat dan
kemampuan masing-masing. Congratulations, kak Sadariah! Kamu tahu kisah inspiratif lainnya dari siswa lainnya? Share di kolom komentar ya.