Sejak virus COVID-19 menghantam Indonesia tahun 2020. Siswa sekolah terpaksa belajar secara daring dari rumah. Namun sayangnya, belajar online menjadi sesuatu hal yang mewah bagi sebagian orang. Jeritan hati orang tua siswa tersebutlah yang menggerakkan hati Nanang Suryanto untuk menjadi guru blusukan, datang dari rumah ke rumah muridnya untuk memberikan pengajaran.
Nanang Nuryanto merupakan guru kelas lima di SDN 021 Marangkayu, yang berada di Jalan Poros Samarinda Bontang KM 24, Desa Santan Ulu, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur.
Merebaknya virus corona tidak membuatnya lantas putus asa. Malahan di tengah wabah virus, Nanang Suryanto rela mendatangi rumah muridnya satu per satu untuk memberikan pembelajaran secara langsung. Hal tersebut dilakukannya secara bergantian. Yuk, simak kisah inspiratifnya di sini ya!.
Pembelajaran dari Rumah ke Rumah
Sejak sekolah tempat Nanang Suryanto menghentikan kegiatan pembelajaran di sekolah karena adanya virus Covid-19. Maka metode Learn from home digencarkan pihak sekolah dengan menggunakan aplikasi YouTube, WhatsApp, dan berbagai media sosial lainnya.
Sayangnya, tidak semua murid Nanang dapat mengikuti pembelajaran online tersebut. Maka setelah dilakukan diskusi dengan para orang tua murid, Nanang memutuskan untuk memakai motode blended dengan membuat pola pengajaran online dan offline.
Metode blended ini adalah menggabungkan pembelajaran daring dan luring, dalam menyampaikan materi-materi pelajaran. Menurutnya, hal ini sangat perlu untuk dilakukan mengingat ada murid-muridnya anak yang tidak mampu mengikuti pelajaran secara online, karena tidak memiliki HP android.
Menurut Nanang, rata-rata orang tua murid bekerja sebagai petani dan pekebun dengan penghasilan yang sangat minim. Maka dari itu, Nanang mendatangi murid-muridnya yang terkendala dalam belajarnya secara bergiliran.
Perjuangan Nanang tersebutlah yang membuat ia mendapat julukan guru blusukan. Bahkan, terdapat salah satu murid Nanang yang berkebutuhan khusus yang sangat memerlukan perhatian lebih.
Walaupun di tengah wabah virus Covid-19, Nanang tidak takut dan tetap mengajar tatap muka dengan mengunjungi rumah murid-muridnya satu per satu. Ia juga tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker dan cuci tangan saat mengajar muridnya. Apabila seseorang mempunyai niatan yang baik dan ikhlas, Nanang yakin bahwa Tuhan akan melindunginya.
Kedatangan Nanang ke rumah-rumah para murid tersebut dalam rangka memberikan pembelajaran, disambut dengan baik oleh orang tua murid. Para orang tua murid merasa diperhatikan dan tidak dianaktirikan, sehingga mereka sangat berterima kasih atas kerelaan dan kemauan mengajar langsung ke rumah murid.
Telurkan Banyak Prestasi dan Gencarkan Proyek 3T
Guru blusukan dari SDN 021 Marangkayu ini tidak main-main soal panggilan hatinya menjadi seorang tenaga pendidik. Bahkan, Nanang sampai berhasil mengharumkan nama sekolahnya dengan prestasi yang dihasilkan anak-anak didiknya.
Prestasi tersebut, di antaranya seperti juara satu Kompetisi Sains Nasional Matematika tingkat kecamatan Marangkayu dan meraih medali emas pada Olimpiade Sains Nasional Matematika tingkat nasional.
Semua prestasi yang diperoleh tersebut bermula dari perjuangan mengajar beliau dari tahun 2003 dengan tekad bulat, dan hati yang kuat untuk mewujudkan terciptanya pemerataan pendidikan di Kutai Kartanegara.
Berkat bantuan motor bebek 125 cc miliknya dan membawa alat peraga, Nanang mengunjungi rumah murid-muridnya satu persatu untuk membimbing merka yang terkendala pembelajaran online. Hal tersebut dilakukannya suapaya muridnya tetap antusias belajar, karena akses internet adalah hal langka di daerah Marangkayu.
Pembawaan Nanang si guru blusukan yang supel dan inovatif, menjadikan ia panutan guru-guru lainnya. Sesudah Nanang menyelesaikan program PINTAR, bersama teman-teman sejawat, ia berhasil menelurkan sebuah program Proyek 3T (Tertinggal, Terdalam, Terluar).
Proyek 3T ini berguna untuk memberikan pengetahuan dan wawasan di daerah pesisir Kutai Kartanegara, tepatnya di Desa Santan Tengah dan Desa Santan Ilir. Program Proyek 3T ini dilakukan dengan tujuan memfasilitasi para tenaga pendidik yang terkendala sarana prasarana dalam pengajaran.
Keberhasilan Proyek 3T yang diinisiasikan oleh guru blusukan tersebut, bahkan sudah menghasilkan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, pojok baca di 8 sekolah tingkat dasar, dan kegiatan persiapan untuk diseminasi program PINTAR ke seluruh penjuru sekolah di Kecamatan Marangkayu.
Sungguh sebuah kisah inspiratif yang dapat dijadikan teladan untuk para guru serta siswa di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, mari sama-sama tingkatkan dalam berjuang menciptakan
inovasi-inovasi pendidikan yang berkualitas. Terkhusus kepada siswa-siswi yuk lebih ditingkatkan lagi semangat belajarnya ya. Kamu tahu kisah inspiratif guru lainnya? Share di kolom komentar ya.