Apabila seorang menjadi guru dikarenakan panggilan hatinya, maka tidak ada alasan baginya untuk berhenti mengabdikan diri dengan mendidik siswa-siswinya supaya menjadi manusia yang bermanfaat. Hal tersebut terjadi kepada Ibu Sahari seorang guru honorer dari pelosok Sulawesi Selatan, yang setiap hari berjalan melintasi gunung dan jurang demi mengajar siswa di sekolah.
Ibu Sahari merupakan seorang guru honorer yang beralamat di Kampung Bung, Kelurahan Bontoa, Kecamatan Minasa’Tene, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Diketahui bahwa Kampung Buung ialah sebuah daerah terisolir yang berlokasi di sebelah timur Kabupaten Pangkep.
Kampung yang ditinggali Ibu Sahari ini hanya dihuni oleh sekitar 50-an kepala keluarga dan wilayahnya merupakan pegunungan. Guna untuk mencapai Kampung Bung ini, tidak ada akses jalanan untuk kendaraan. Bahkan siapa pun yang mau ke kampung ini diharuskan untuk berjalan kaki paling cepat 90 menit lamanya.
Guru Honorer Tempuh 40 KM Tiap Hari
Ibu Sahari merupakan salah satu bukti betapa luar biasanya perjuangan seorang guru demi kemajuan pendidikan bagi anak didiknya. Beliau rela menempuh jarah yang sangat jauh yaitu 40 kilometer dari rumahnya menuju ke sekolah.
Diketahui bahwa Ibu Sahari pertama harus menempuh perjalanan dari rumah dengan motor sejauh 30 kilometer untuk menuju kaki Gunung Tellue. Selanjutnya, beliau harus berjalan kaki menuju sekolah dengan kurun waktu kurang lebih dua jam lamanya.
Bukan perjalanan yang biasa, Ibu Sahari setiap harinya juga harus melewati hutan belantara. Beliau rela membahayakan diri setiap harinya untuk melewati tengah-tengah hutan belantara demi menempuh perjalanan ke tempat mengajar.
Sekolah tempat Ibu Sahari mengajar adalah SDN 60 Kampung Buung. Pada sekolah tersebut tidak ada jaringan seluler, apalagi sinyal wifii. Sebelum mengajar di sekolah tersebut, Ibu Sahari mengajar di SDN 60 Bung. Pengalaman Ibu Sahari sebagai guru sudah banyak dan telah melanglang buana mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar sejak tahun 1999 di Kota Makassar.
Pada tahun 1999, Ibu Sahari menjadi pengajar di SD Galangan, Kota Makassar. Setelah itu, beliau pindah mengabdikan diri di TK Pertiwi Pangkep di daerah Pangkep yaitu anak ranting Sapanang. Akhirnya pada tahun 2008, beliau pindah mengajar di SDN 60 Kampung Buung sampai sekarang.
Diberi Gaji 100 Ribu Rupiah
Sosok guru SDN 60 Kampung Buung yang berada di atas Gunung Tellue tersebut merupakan salah satu potret ketulusan. Perjuangan kerasnya demi tiba di sekolah setiap harinya, tak sebanding dengan upah yang tidak seberapa yang didapatkan setiap bulannya.
Tepat pada tahun 2022 kemarin, ibu Sahari sudah mengabdikan diri selama 23 tahun sebagai guru honorer meskipun hanya bergaji Rp100 ribu perbulan. Beliau sudah menghabiskan waktunya mengajarnya sebagai guru honorer selama 9 tahun di Kota Makassar dan sisanya yaitu 14 di SDN 60 Kampung Buung.
Menurut Ibu Sahari status sebagai guru honorer dengan gaji Rp100/bulan tidaklah cukup untuk menafkahi keluarganya. Gaji yang diperolehnya tersebut berasal dari dana BOS, dan dana BOS itu sendiri besarannya berdasarkan jumlah siswa. Sedangkan, jumlah siswa di SDN 60 Kamung Buung sendiri hanya sedikit.
Sebetulnya, Ibu Sahari merupakan guru honorer untuk kelas 1 di SDN 60 Kampung Buung dari 8 tenaga pengajar. Selain itu di sekolah tersebut juga terdapat 3 orang guru PNS, 2 orang guru P3K dan 3 lainya merupakan guru honorer, sedangkan untuk siswanya berjumlah 50 orang.
Guna menutupi kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarga, Ibu Sahari juga bekerja sebagai petani bersama suaminya. Sepetak lahan sawah dan kebun milik saudara Ibu sahari ditanami tumbuhan palawija seperti padi dan ubi bersama suaminya.
Enggan Untuk Pindah
Walaupun mendapatkan tantangan yang luar biasa setiap harinya saat berangkat ke sekolah. Ibu Sahari justru tetap memantapkan diri dan berusaha menjadi guru terbaik bagi siswa-siswinya.
Meskipun hal tersebut tidaklah mudah untuk dijalani, akan tetapi beliau terus bertekad kuat menjadi seorang pendidik yang baik, bagi siswa-siswinya yang senantiasa menunggu kedatangan dirinya setiap hari.
Berstatus guru honor, tidak membuat Ibu Sahari patah arang. Baginya menjadi guru bukan menyoal mengejar status, akan tetapi bagaimana mewujudkan niatan yang baik.
Niatan baik itu harus dibuktikan dengan cara yang bersungguh-sungguh. Bagi Ibu Sahari mengajar dan mendidik siswa-siswi di kampung pedalaman bagi bukan cuma kewajiban melainkan sebuah kehormatan.
Sebab, tak semua orang diberi kesempatan berbagi ilmu dengan anak-anak yang kesulitan mengakses ilmu. Bahkan beliau berharap suatu hari nanti, salah satu siswanya bisa menjadi pejabat di kota dan membantu kemajuan pendidikan di pelosok desa.
Sungguh kisah yang sangat inspiratif dari Ibu Sahari sebagai guru honorer yang setiap hari naik turun gunung untuk mengajar siswanya di sekolah. Semoga kisah ini dapat dijadikan
teladan untuk para guru serta siswa di seluruh Indonesia.
Oleh sebab itu, mari sama-sama kita tingkatkan semangat untuk selalu berjuang dalam menciptakan inovasi-inovasi pendidikan yang berkualitas, khususnya kepada siswa-siswi yuk
lebih ditingkatkan lagi semangat belajarnya ya. Kamu tahu kisah inspiratif guru lainnya? Share di kolom komentar ya.