Siapa yang tidak kenal Kapal Pinisi? Kapal layar legendaris ini berasal dari Bulukumba, Sulawesi Selatan dan dikenal karena ketangkasannya dalam mengarungi keganasan samudera. Nah, kali ini EDOOers akan diajak untuk mengetahui fakta-fakta menarik Kapal Pinisi. Yuk jangan sampai ketinggalan ya!
Kapal Pinisi adalah salah satu warisan budaya asal Indonesia yang mempunyai daya tarik tersendiri. Kapal pinisi ini merupakan peninggalan asli dari Suku Makassar dan Suku Bugis. Kedua suku tersebut merupakan pelaut ulung asli Nusantara yang dikenal sangat tangguh.
Oleh sebab itu, kapal yang digunakannya pun tidaklah sembarangan. Namun, kapal yang digunakkan harus kuat dan gagah seperti Kapal Pinisi. Pinisi ialah representasi dari tangguhnya nenek moyang bangsa Indonesia yang kebanyakan dahulu sebagai seorang pelaut yang menjelajahi samudera lepas.
Selain itu, kapal asli Nusantara ini mempunyai banyak hal unik yang mungkin belum EDOOers ketahui. Supaya dapat lebih mengenal warisan budaya bangsa yang satu ini, mari simak tujuh fakta menarik Kapal Pinisi, sebagai berikut:
1. Makna Bagian Kapal Pinisi
Bagian-bagian dari Kapal Pinisi ternyata mempunyai filosofi atau makna masing-masing. Contohnya, dua tiang utama Kapal Pinisi mempunyai makna dua kalimat syahadat dalam agama Islam.
Selanjutnya, tujuh tiang yang ada di Kapal Pinisi menyimbolkan surat Al Fatihah. Semua simbol-simbol tersebut melambangkan harapan serta doa bagi para penumpangnya supaya dapat mennjelajahi samudra yang luas.
Sedangkan, jumlah tujuh sampai delapan layar dari Kapal Pinisi ini melambangkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia terkhususnya suku Bugis Sulawesi Selatan itu mampu mengarungi tujuh samudera di dunia.
2. Ritual Pembuatan Kapal Pinisi
Proses pembuatan Kapal Pinisi tidaklah sembarangan karena harus melibatkan tradisi serta aturan spiritual yang harus diikuti oleh masyarakat. Sebelum proses pembuatan kapal dimulai, pertama diawali dengan ritual perhitungan tanggal.
Ritual tersebut dalam rangka menentukan hari baik yang umumnya jatuh pada hari kelima ataupun hari ketujuh dalam satu bulan. Alasan harus mengambil hari kelima atau hari ketujuh, karena angka 5 menyimbolkan rezeki telah diraih, sedangkan angka 7 dianggap akan membawa keberuntungan.
Selain itu, dalam proses pembuatan Kapal Pinisi terdapat ritual penentuan bahan baku yang harus dilakukan. Bahan baku yang dipilih haruslah kayu yang kuat, seperti kayu ulin, kayu bitti, kayu mahoni dan kayu jati.
Sebelum penebangan pohon dilakukan, terdapat pembacaan-pembacaan doa dan penyembelihan ayam. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penyerahan diri kepada Tuhan. Selanjutnya, akan dilakukan peletakan dua kayu yang menjadi pondasi bangunan kapal. Kayu tersebut harus dihadapkan ke arah timur laut.
Nah, untuk kayu bagian depan nantinya akan dipotong dan kemudian dilarung ke laut sebagai bentuk tolak bala (keburukan) serta sebagai lambang kesiapan dalam mencari nafkah. Sedangkan kayu bagian belakang juga akan dipotong, tetapi bedanya disimpan di rumah.
3. Kapal Pinisi Dirakit Tanpa Paku
Hal unik lainnya dari proses pembuatan kapal pinisi adalah proses pembuatan kapalnya tidak menggunakan paku ataupun perekat seperti lem dalam menggabungkan kayu-kayunya.
Ternyata dalam proses penggabungan kayu-kayu dan bagian kapal lainnya menggunakan pasak kayu, sehingga bagian-bagian tersebut dapat menyatu sempurna. Nah, pasak kayu yang digunakan tersebut merupakan kayu sisa-sisa pembuatan kapal.
Selain itu, hal unik dari proses pembuatan Kapal Pinisi ini adalah pembuatannya dimulai dari membuat badan kapal terlebih dahulu. Sedangkan, pada pembuatan kapal pada umumnya yang didahulukan ialah membuat kerangka kapalnya.
4. Ada Dua Jenis Kapal Pinisi
Kapal Pinisi ada dua macam, yakni Kapal Pinisi Palari dan Kapal Pinisi Lamda. Kapal Pinisi Palari adalah jenis Kapal Pinisi yang masih tradisional dan masih menggunakan kekuatan angin untuk bergerak. Sedangkan, Kapal Pinisi Lamda ialah jenis kapal yang lebih modern dengan sudah adanya mesin motor diesel sebagai alat penggeraknya.
5. Sudah Digunakan Sejak Abad ke-14
Menurut sejarahnya Kapal Pinisi telah dibuat sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan sebuah catatan mengenai Kapal Pinisi ini sudah ada sejak abad ke-14ada dalam naskah lontar La Galigo.
Alkisah, Pangeran Sawerigading yaitu Putra Mahkota Kerjaan Luwu yang pertama kali membuat Kapal Pinisi. Kapal ini digunakan untuk tujuan meminang Putri We Cudai dari Negeri Tiongkok.
Sekembalinya sang Putra Mahkota ke Luwu, Kapal Pinisinya diterjang ombak sampai terbelah menjadi tiga bagian. Konon, bagian Kapal Pinisi tersebut sampai terdampar di desa Ara, Lemo-Lemo, dan Tanah Beru. Setelah itu, para penduduk di tiga desa tersebut merangkai dan menyatukan kepingan-kepingan kapal, sehingga kembali utuh membentuk sebuah kapal.
6. Warisan Budaya UNESCO
Kapal asli warisan bangsa Indonesia ini secara resmi diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dunia pada 7 Desember 2017 di Pulau Jeju, Korea Selatan.
Penetapan tersebut menandakan bahwa Kapal Pinisi sudah diakui oleh dunia internasional. Selain itu, juga sebagai wujud apresiasi terhadap pentingnya melestarikan pengetahuan terkiat teknik pembuatan kapal tradisional yang secara turun temurun dan masih terus dikembangkan sampai saat ini.
7. Ikon Pariwisata
Fakta menarik Kapal Pinisi yang ketujuh adalah kapal ini tidak Cuma digunakan untuk alat transportasi, akan tetapi juga termasuk bagian dari pariwisata Indonesia.
Kapal ini juga digadang-gadang sebagai ikon pariwisata di Nusantara. Bahkan, beberapa operator wisata menawarkan perjalanan wisata dengan mengggunakan Kapal Pinisi dengan berbagai rute yang dilewati, di antaranya seperti Bali, Taman Nasional Labuan Bajo, sampai Kepulauan Seribu.
Itulah tadi beragam fakta menarik Kapal Pinisi yang menjadi warisan budaya asli Indonesia. Dari fakta-fakta Kapal Pinisi tersebut, EDOOers bisa melihat betapa kaya dan beragamnya budaya di Indonesia. Demikian Kapal Pinisi bukan hanya kapal biasa, tetapi juga memiliki nilai dan makna yang mendalam.