Skip to content

5 Catatan Penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Tepat pada hari ini 17 Agustus 2023, sudah 78 tahun usia kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam, telah membawa berbagai rentetan catatan sejarah. Nah, tulisan kali ini EDOO akan membahas berbagai peristiwa dalam rangka mengenang sejarah yang menjadi simbol kedaulatan negara Indonesia.

Pastinya, EDOOers sudah tahu jika Indonesia dahulu pernah dijajah oleh Inggris, Belanda, dan Jepang. Sesudah melalui masa-masa penjajahan yang cukup panjang, akhirnya pada tahun bulan Agustus1945 Indonesia merdeka.

EDOOers tahu nggak gimana sih kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia? Tulisan kali ini akan mengupas pertanyaan tersebut, sekaligus sebagai refleksi bagi kita semua di peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Baca sampai tuntas ya!

Judul Awal Naskah Proklamasi Ialah “ Maklumat Kemerdekaan”

Oh iya, EDOOers tau nggak kalau naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik Sayuti Melik masih ada dan disimpan, lho! Yups, benar sekali, naskah tersebut disimpan dengan baik di Arsip Nasional Republik Indonesia. 

Ternyata sebelum naskah kemerdekaan diberi tajuk “Proklamasi”,  awalnya berjudul “Maklumat Kemerdekaan”. Namun, atas usul Iwa Kusuma Sumantri selaku salah satu anggota PPKI, pernyataan “Maklumat Kemerdekaan tersebut diganti dengan judul “Proklamasi”.

Penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok sebelum diproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, dikenal sebagai kejadian penculikan Soekarno dan Hatta oleh para golongan muda.

Penculikan tersebut semata-mata tujuannya untuk mendesak golongan tua untuk segera melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Soalnya, Soekarno dan Hatta sempat merasa ragu-ragu dengan status kekalahan pihak Jepang dalam Perang Dunia kedua.

Sebelum Soekarno dan Hatta diculik dan diamankan ke Rengasdengklok. Dwitunggal sempat pergi ke Dalat, Vietnam pada 9 Agustus 1945, atas panggilan dari Jenderal Terauchi selaku panglima seluruh angkatan perang se-Asia Tenggara. Pada kesempatan tersebut Soekarno dan Hatta memperoleh iming-iming janji kemerdekaan dari pihak Jepang.

Sesudah diperoleh kabar bahwa Jepang sudah meminta damai kepada sekutu, dan didapatkannya info valid jika Jepang memang sudah endgame di tangan Sekutu. Akhirnya, Sjahrir dan Adam Malik mendesak untuk segera digelarnya proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Tapi karena Bung Karno dan Hatta masih ragu dan belum yakin sekutu sudah mengalahkan Jepang. Alhasil, golongan muda memutuskan untuk menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok agar jauh dari tipu muslihat Jepang dan agar dapat membujuk Dwitunggal untuk memerdekakan Indonesia lebih cepat.

Simpelnya sih, peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta yang dibawa ke Rengasdengklok tersebut, terjadi karena perbedaan pendapat mengenai waktu memprokalmirkan kemerdekaan Indonesia antara golongan muda dan golongan tua.

Proklamasi Kemerdekaan Bukan Hadiah Jepang

Guna untuk menghindari label kemerdekaan Republik Indonesia merupakan hadiah dari Jepang, maka proklamasi harus dinyatakan secepat mungkin. Berkat kekeuhan dari para golongan muda yang terus menerus meyakinkan dan mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya pada 17 Agustus 1945 peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi.

Cara menyakinkan Soekarno dan Hatta dengan menculiknya ke Rengasdengklok, akhirnya harus dilakukan guna menjaga marwah bangsa Indonesia. Sesampainya di Rengasdengklok, Karawang, perumusan Naskah Proklamasi langsung dimulai.

Bung Hatta diberikan kepercayaan untuk menyusun teks Proklamasi. Sedangkan, Bung Karno bagian menulisnya dalam secarik kertas. Akhirnya, Bung Karno mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Juma’t, 17 Agustus 1945, yang didampingi Bung Hatta dan didampingi saksi-saksi lain,di antaranya yaitu Suwiryo selaku Wakil Wali Kota Jakarta, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani, dr. Moeward, dan S.K. Trimurti.

Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Catatan penting peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang keempat adalah proses penyebarluasan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia lewat siaran radio dari kantor berita Domei. Mendengar berita tersebut, pada tanggal 20 Agustus 1945 pihak Jepang melarang penyiaran berita proklamasi tersebut dan kemudian memutus dan menyegel alat pemancar di Domei, sehingga pegawainya dilarang masuk.

Tanpa kehilangan satupun ide, para pemuda-pemuda Indonesia kala itu langsung membuat alat pemancar baru yang diambil dari alat-alat pemancar dari kantor berita Domei. Setelah itu, alat pemancar baru ini dibawa ke Menteng dan berita Prokalamasi tersebut segera disebarkuaskan ke seluruh penjuru Indonesia.

Selain dengan bantuan radio, penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga dilakukan lewat surat selebaran dan pers. Bahkan, pada tanggal 20 Agustus 1945 seluruh harian di Jawa memuat berita-berita proklamasi dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.

Mengenal Bapak Republik yang Terlupakan

Tan Malaka ialah seorang tokoh besar yang pertama kali menentang rezim penjajahan di Hindia Belanda dan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, jauh sebelum Soekarno dan Hatta. Beliau pula yang pertama kali menggagas konsep dasar “Republik Indonesia” melalui tulisannya yang masyhur berjudul “ Naar de Republiek Indonesia” (Menuju Republik Indonesia) yang terbit pada tahun 1925.

Buku yang merupakan hasil tulisan otentik dari Tan Malaka inilah yang menginspirasi Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan kawan-kawan lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, sebuah kalimat dalam lagu Indonesia raya yaitu “Indonesia tanah tumpah darahku” dikutip dari karya Tan lainnya, Aksi Massa (1926) oleh W.R. Supratman.

Namun, jalan hidup Tan Malak berbeda jauh dengan para pendiri RI lain, bahkan bisa dibilang tragis. Upaya yang dilakukan oleh Tan Malaka dalam merebut kemerdekaan tidak hanya berbentur dengan penjajah asing, tetapi juga dengan sesama bangsanya sendiri.

Seusai puluhan tahun mengabdikan diri untuk memerdekakan Indonesia lewat jalur menulis buku, ikut bertempur di lapangan melawan Belanda, membentuk kesatuan aksi massa, berbicara dalam sebuah kongres internasional, keluar-masuk penjara berkali-kali, dan menjadi buronan Interpol.

Setelah membela mati-matian demi Kemerdekaan Indonesia selama lebih 30 tahun. Hal pilu terjadi pada Tan Malaka yaitu nyawanya justru berakhir di tangan regu tembak tentara Republik yang beliau dirikan sendiri. Tan Malaka terbunuh pada tanggal 19 Februari 1949 di Kediri, Jawa Timur. Namun sampai sekarang keberadaan jenazahnya tidak diketahui.

Akhirnya, pada 23 Maret 1963, Soekarno menghadiahkan gelar pahlawan nasional untuk Tan Malaka. Namun, pada masa Orde Baru gelar itu nyaris dicabut, tetapi kenyataannya tidak pernah dicabut. Meskipun begitu, nama Tan Malaka banyak dihapuskan dalam buku-buku sejarah dalam pelajaran anak sekolah. Bahkan, karya-karya tulisannya pun masih sering dilarang untuk diedarkan.

Demikianlah tadi catatan penting peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia zaman dahulu yang sangat penuh perjuangan. EDOOers harus bersyukur karena kerja keras para pahlawan terdahulu membuat EDOOers dapat hidup tenang saat ini. Apabila EDOOers ingin belajar lebih mendalam lagi terkait pelajaran Sejarah, yuk belajar pakai EDOO!