Pahlawan tanpa tanda jasa layak disematkan kepada diri Pak Oman. Meskipun Pak Oman hanya mantan sopir angkot, tetapi beliau bisa mendirikan sekolah sekaligus menjadi guru di desa terpencil di tengah-tengah hutan Karawang.
Pak Oman menjadi pendiri dan satu-satunya guru di SDN Wanajaya III Kelas Jauh, Kampung Cilele, Desa Wanajaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa
Barat. Sekolah tersebut berlokasi di tengah-tengah hutan milik Perhutani yang memiliki jarak kurang lebih sekitar dua kilometer di belakang kawasan Karawang International Industrial City (KIIC).
Kisah pria yang lahir Dusun Kaligandu, Desa Wanajaya ini dimulai sejak tahun 1990-an, saat beliau tidak sengaja pergi untuk berkebun di sekitar Kampung Cilele yang kala itu akses jalan menuju daerah tersebut hanya berupa tanah dan sebagian berbatu.
Sebagai seorang pendatang baru, Pak Oman sering melihat ada banyak sekali anak di desa tersebut yang tidak bersekolah dan membantu orang tuanya berkebun. Fasilitas sekolah
yang cukup jauh, menjadikan alasan utama anak-anak tersebut mengurungkan niatnya untuk bersekolah. Selain itu, masih banyaknya anak-anak yang belum dapat membaca dan menulis.
Prihatin dengan keadaan tersebut, pada tahun 1990-an Pak Oman memilih untuk pensiun dari
pekerjaannya sebagai sopir angkot dan mulai bertekad membangun tempat belajar yang
layak yang bisa memfasilitasi anak-anak di Kampung Cilele, Desa Wanajaya tersebut.
Sebenarnya, Pak Oman tidak pernah terbesit sama sekali di pikiran untuk menjadi seorang guru. Hal tersebut disebabkan beliau tidak mempunyai taraf pendidikan yang tinggi karena tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi dan keterbatasan ekonomi.
Sekolah yang awal didirikan oleh Pak Oman hanya berupa kelas baca tulis, dan tidak bertembok dan berkaca. Sekolah tersebut seperti halnya gubuk kayu yang menyerupai pos ronda. Tempat
belajar tersebut dibangun secara gotong-royong bersama warga setempat.
Pada tahun pertama mengajar, Pak Oman sambil mengurusi kebun dan tidak dibayar sepeser pun kala itu. Setelah setahun berikutnya, Pak Oman mengajak anak beserta istrinya untuk
tinggal di Kampung Cilele demi untuk memfokuskan diri mengajar sembari
berkebun.
Selang enam bulan sesudah kelas baca tulis berdiri, mantan sopir angkot tersebut mengajak temannya yang merupakan seorang guru sekolah dasar untuk mengajar di Kampung Cilele. Akhirnya, setelah proses yang cukup panjang terbangunlah sebuah bangunan permanen dan terintegrasi menjadi SDN Wanajaya III Kelas Jauh. Angkatan pertama sekolah SDN Wanajaya III Kelas Jauh hanya 12 murid saja, termasuk anak bungsu Pak Oman sendiri.
Saat siswa-siswi dari Pak Oman sudah mencapai 70 siswa di SDN Wanajaya III Kelas Jauh. Namun, hal berbanding terbalik yaitu Pak Oman sekarang menjadi satu-satunya guru di sekolah tersebut. Sebab teman-teman guru lainnya ada yang ditarik menjadi kepala sekolah, ada juga yang ditarik untuk mengajar di sekolah induk, dan selebihnya mengundurkan diri. Akan tetapi, terkadang dalam mengajar Pak Oman masih sering dibantu oleh mahasiswa dan para relawan mengajar.
Seiring berjalannya waktu, bangunan sekolah SDN Wanajaya III Kelas Jauh sekarang ini sudah lebih bagus dibandingkan sebelumnya. Meskipun bangunan sekolahnya tidak boleh permanen, karena dibangun dengan sistem pinjam pakai dengan pihak Perhutani.
Pembangunan sekolah dapat terwujud berkat bantuan dari masyarakat sekitar dan dana bantuan operasional sekolah (BOS), sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar.
Di sisi lain, setelah berhasil mengabdi sebagai seorang guru honorer selama lebih 15 tahun lamanya. Akhirnya, Pak Oman pada tahun 2015 lulus ujian untuk menjadi guru PNS. Namun sayangnya, kesempatan membahagiakan tersebut hanya dirasakan beliau selama empat tahun saja, karena terkendala oleh faktor usia.
Sesudahnya, Pak Oman diharuskan untuk pensiun tanpa menerima uang pensiuan sepeser pun, karena aturan terkait dana pension hanuya bisa diberikan kepada PNS yang mempunyai masa kerja minimal lima tahun.Meskipun, mantan sopir angkot tersebut kembali menjadi guru honorer, tetapi semangat untuk terus mengabdi dan mencerdaskan anak-anak di desa terpencil tetap membara.
Bahkan sekarang, Pak Oman bukan cuma mengajar siswa jenjang SD saja, tetapi juga mengajar siswa pada jenjang SMP hingga SMA di sebuah sekolah non formal yang tidak jauh dari SDN Wanajaya III Kelas Jauh.
Setelah SDN Wanajaya III Kelas Jauh berdiri selama 24 tahun lamanya, kini sekolah tersebut menampung siswa sebanyak 150. Jumlah tersebut termasuk luar biasa, khususnya bagi sekolah yang berada di pelosok desa yang amat jauh dari hingar-bingar kehidupan kota.
Demi menambah penghasilan untuk kehidupan sehari-hari, Pak Oman yang merupakan mantan sopir angkot tersebut juga membuka usaha warung sederhana yang tidak jauh dari sekolah tempat beliau mengajar. Selain itu, Pak Oman juga bercocok tanam sayur mayur, buah-buahan, dan padi.
Sungguh sebuah kisah inspiratif yang bisa dijadikan teladan untuk para guru dan siswa di seluruh
Indonesia. Oleh sebab itu, mari sama-sama kita tingkatkan semangat untuk selalu berjuang dalam menciptakan inovasi-inovasi pendidikan yang berkualitas, khususnya kepada siswa-siswi yuk lebih ditingkatkan lagi semangat belajarnya ya. Kamu tahu kisah inspiratif guru lainnya? Share di kolom komentar ya.