Ketenaran Indonesia yang kaya akan suku serta budayanya, memang sudah menggema dimana-mana. Hal tersebut tidak terlepas dari keberagaman suku dengan pakaian adat dan budaya yang
menjadi ciri khas di setiap pelosok Nusantara. Nah, salah satu yang cukup populer ialah penutup kepala khas Indonesia yang banyak sekali ragamnya dan bisa EDOOers temui di setiap wilayah di Indonesia.
Penutup kepala di Indonesia menjadi sebuah tradisi yang unik dan harus EDOOers ketahui. Umumnya, penutup kepala dibuat dengan bentuk serta membawa sebuah makna yang berbeda-beda. Selain itu, tiap-tiap daerah di Indonesia tentunya mempunyai ciri khas penurup kepala yang melambangkan golongan atau identitas budaya. Tidak perlu bingung EDOOers, yuk kenali tradisi penutup kepala di Indonesia bersama-sama!
7 Penutup Kepala Khas Indonesia
Kali ini EDOO akan menyuguhkan sebuah informasi tentang penutup kepala khas dari berbagai wilayah di Indonesia. Walaupun kegunaan dari penutup kepala sama, tetapi yang membedakan adalah ciri khas yang ditampilkan. Apa saja daftarnya? Ini dia sebagai berikut:
1. Songkok
Songkok merupakan penutup kepala khas Melayu yang mempunyai sebutan lain yaitu kopiah atau peci. Meskipun penutup kepala satu ini selalu di identikkan dengan pria muslim. Namun, lambat laun sesuai perkembangan zaman, songkok menjadi pelengkap dari bagian pakaian nasional dalam acara-acara kenegaraan ataupun acara resmi lainnya.
Penutup kepala khas Indoensia satu ini memiliki tujuan untuk mencegah rambut menutupi bagian dahi. Songkok di Indonesia sering banyak dijumpai dengan warna hitam polos. Bentuk dan ketinggian dari penutup kepala satu ini cukuplah beragam yang bisa disesuikan selera pemakai. Secara filosofis, songkok memiliki makna mbongkok ataun membungkuk dengan harapan bahwa pemakainya selalu rendah hati dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Ti’i Langga
Topi unik bernama Ti’i Langga ini berasal dari Pulau Rote. Topi yang satu ini juga biasa disebut topi sombreronya Indonesia. Ti’i langga mempunyai tepi yang lebar dan dilengkapi dengan tanduk di bagian atasnya. Topi yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini terbuat dari lontar.
Tanduk pada bagian atas topi Ti’i Langga ini mempunyai tinggi sekitar 40 hingga 60 cm. Tanduk pada topi ini sering disebut “antena” dan mempunyai sembilan tingkat. Warna topi ini ada dua macam, mulai dari yang polos sampai yang berwarna. Topi Ti’i Langga ini merupakan bagian dari pelengkap pakaian tradisional yang sekarang ini sering digunakan dalam berbagai macam acara adat.
Bagi warga Rote, topi Ti’i Langga melambangkan sebuah kepemimpinan, kepercayaan diri, dan kewibawaan yang dulunya hanya digunakan oleh para petinggi suku.
3. Blankon
Blangkon menjadi penutup kepala khas Indonesia yang berasal dari Jawa. Walaupun sekilas setiap blankon terlihat sama, tetapi penutup kepala satu ini mempunyai empat jenis, di antaranya meliputi Blangkon Surakarta, Blangkon Ngayogyakarta, Blangkon Banyumasan, dan Blangkon Kedu.
Pada bagian belakang Blangkon ada sebuah tonjolan yang disebut mondholan. Mondholan sendiri mengisyararkan bahwa model rambut pria pada zaman dahulu. Orang-orang pada jaman dahulu yang memiliki rambut panjang akan mengikat rambutnya di belakang yang membentuk tonjolan ketika menggunakan blangkon.
Hal tersebut adalah sebuah representasi bentuk pengendalian diri manusia. Para pria zaman dahulu hanya akan mengurai rambutnya saat berada di rumah atau sedang dalam situasi pertikaian. Melepas blangkon merupakan simbolisasi luapan emosi dan wujud bersikap lemah lembut dan mampu menahan emosi.
4. Tanjak
Tanjak adalah penutup kepala yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Tanjak mempunyai bentuk yang begitu unik yang terbuat dari kain songket. Apabila pada umumnya penutup kepala yang khas hanya digunakan oleh bangsawan atau sultan, tetapi tidak dengan tanjak.
Tanjak sering digunakan orang Palembang sebagai penutup kepala ketika acara pernikahan dan umum digunakan oleh keluarga pengantin pria. Selain itu, tanjak digunakan ketika acara resepsi, atau saat acara adat.
Penutup kepala yang menjadi simbol khas Bumi Sriwijaya ini memiliki makna filosofis yang berasal dari kata nanjak yang berarti naik. Maksudnya orang yang memakai tanjak akan didoakan mempunyai kehidupan yang lebih baik, diangkat derajat dan marwahnya, serta dilapangkan rezekinya.
5. Seraung
Penutup kepala berbentuk lebar ini umumnya digunakan warga Dayak dalam berkegiatan di luar rumah, utamanya saat berkegiatan di hutan. Topi seraung ini terbuat dari anyaman daun kering dan memiliki fungsi untuk melindungi kepala dari teriknya sinar matahari yang menyengat. Topi seraung ini seringkali dihiasi pula dengan kain yang bermotif atau bahkan manik–manik.
Topi seraung ini bahanya berasal dari daun biru, yaitu sejenis daun palem yang lebar dan banyak tumbuh di hutan-hutan Kalimantan. Seraung ini banyak ditemui di wilayah Kalimantan, terkhusus daerah Dayak Kenyah yang bertempat tinggal di Lekaq Kidau, Kalimantan Timur.
6. Kupiah Meukeutop
Penutup kepala khas Indonesia satu ini merupakan bagian pelengkap dari pakaian adat khas Aceh. Penutup kepala ini umumnya dikenakan oleh kaum pria dalam acara pernikahan. Warna kupiah meukeutop ini beragam dan memiliki bentuk tinggi yang menjadi sebuah ciri khas.
kupiah meukeutop ini terbagi menjadi empat bagian yang memiliki makna masing-masing. Pada bagian pertama memiliki makna hukum, bagian kedua bermakna adat, bagian ketiga bermakna kanun, dan bagian keempat memiliki makna reusam.
Penutup kepala khas Indonesia satu ini menjadi sangat unik, karena dihiasi dengan pernak-pernik serta kain songket khas Aceh. Pernak-pernik yang terdapat pada Kupiah Meukeutop ini dipasang dengan begitu detail dan sangat rapi, sehingga menghasilkan motif indah dan perpaduan warna yang khas.
7. Udeng
Tidak kalah dikenal dari penutup kepala khas Indonesia sebelumnya, udeng juga cukup populer dan banyak dikenal oleh penduduk Indonesia. Penutup kepala udeng ini berasal dari Bali. Setiap bagian lipatan yang terdapat pada udeng mempunyai makna tertentu.
Nah, makna lipatan pada udeng terbagi menjadi tiga. Lipatan pada udeng yang tengah menandakan sebuah pemusatan pikiran seseorang. Sedangkan, lipatan udeng yang lebih tinggi sebelah kanan bermakna bahwa manusia seharusnya selalu berbuat baik. Sementara itu, lipatan yang menunjuk ke atas memiliki makna Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi udeng ini biasanya digunakkan ketika upacara adat, kegiatan keagamaan, pertemuan tradisional, dan terkadang dipakai dalam berkegiatan sehari-hari pula. Jika berwisata ke pulau dewata, hampir semua orang menggunakan udeng.
Demikianlah tadi berbagai macam penutup kepala khas Indonesia yang menjadi tradisi unik di setiap daerahnya hingga nasional. Apakah EDOOers pernah mengenakan salah satu dari
penutup kepala di atas ? Apapun ragam penutup kepalanya, semua hal tersebut merupakan bentuk dari keberagaman dan kearifan lokal yang patut dijaga dan dilestarikan bersama-sama.