Seorang siswa yang bernama Abdullah Mudzakir baru-baru ini sedang menjadi sorotan publik. Hal tersebut lantaran siswa SMK yang berasal dari Semarang tersebut berhasil menjadi bug hunter pada sistem keamanan dari perusahaan terkemuka di dunia yaitu Google.
Berkat kepiawaiannya dalam menemukan bug dalam sistem keamaan Google tersebut, Abdullah memperoleh penghargaan sebesar 5.000 dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 76 juta dari perusahaan teknologi ternama dunia itu. Lantas, bagaimana sih kisah Abdullah Mudzakir hingga dia bisa memperoleh apresiasi dari perusahaan teknologi terkemuka dunia tersebut? Yuk kita ulik bersama-sama!
Profil Abdullah Mudzakir
Abdullah Mudzakir atau yang sering disapa Dzakir yang baru berusia 18 tahun, dia merupakan siswa kelas 12 di sekolah SMKN 8 Kota Semarang jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Dzakir merupakan seorang anak kelahiran Dusun Karangbolo, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Sebelum memilih jalan untuk menjadi seorang hacker, alasan Dzakir masuk dalam dunia komputer lantaran tertarik untuk mempelajari bahasa pemrograman atau progamming. Akan tetapi dalam perkembangannya, karena dirasa tidak cocok, akhirnya Dzakir banting setir dan beralih untuk menjadi seorang hacker.
Perkenalan Dzakir dengan dunia hacking berawal dari seringnya ia mengakses salah satu grup Facebook yang membagikan hasil hackingan mereka di sebuah website. Abdullah Mudzakir juga merupakan anak yang suka mengkuti perlombaan di ajang nasional maupun internasional. Bahkan, Dzakir ialah sosok siswa yang multi talenta dan menjadi role model di SMKN 8 Semarang.
Alasan Dzakir menyandang gelar multi talent, karena ia juga pintar dalam bidang religi. Contohnya saja Dzakir menjadi pemain inti hadroh, sebagai vocalis, lalu juga seorang tahfidz, dan penah ikut beberapa lomba lainnya. Menurut guru SMKN 8 Semarang Dzakir adalah anak yang santun dan menjadi kebanggaan sekolah.
Siswa berkacamata tersebut mempunyai cita-cita mulia sebagai CTO atau chief technologi officer di sebuah perusahaan nasional. Dzakir bahkan bermimpi kelak bisa mendirikan perusahaan teknologinya sendiri.
Awal Mula Menjadi Bug Bounty
Perjuangan Dzakir tidaklah instan untuk menjadi seorang bug hunter. Setelah beralih dari belajar programming dan networking, Dzakir memutuskan untuk mempelajari hacking. Sebab ia sudah mempunyai basic terkait hacking, lalu ia belajar secara otodidak sendiri. Sampai suatu saat ia masuk komunitas Riskan Security di Salatiga.
Abdullah Mudzakir sempat bercerita bahwa dirinya sempat tidak direstui oleh orang tuanya menjadi seorang hacker atau bug hunter. Akan tetapi setelah Dzakir menjelaskan kepada kedua orang tuanya bahwa dunia hacker ada yang berdampak positif dan tidak selalu buruk. Akhirnya dengan kegigihan Dzakir dalam meyakinkan kedua orang tuanya, alhasil mereka mengizinkannya untuk menekuni bidang tersebut.
Dzakir mempelajari perihal keamanan siber (cyber security) hingga bisa membantu Google dalam menemukan bug, ternyata via laptop kreditan dari kakaknya. Diketahui pula ternyata laptop tersebut dibeli menggunakan sistem kredit, karena orang tua Dzakir belum mampu membelikannya laptop secara lunas.
Selain itu, kendala yang dihadapi Dzakir dalam mendalami dunia bug hunter adalah minimnya jaringan internet yang tersedia di rumahnya. Bahkan untuk menunjang kegiatannya dalam mempelajari dunia hacking, Dzakir pun rela pergi ke angkringan setiap harinya untuk memperoleh jaringan WIFI.
Menurut Dzakir terkiat dunia bug hunter bukanlah hal yang baru baginya. Soalnya dia sudah mulai menggeluti bidang tersebut sejak duduk di kelas 9 SMP. Berkat pengalamannya berburu bug, Dzakir juga beberapa kali menerima beberapa apresiasi, salah satunya ia pernah menemukan bug di sistem Pemprov Jateng.
Sebelum menemukan bug di Google, Dzakir mengaku sudah sering melaporkan bug bounty ke beberapa perusahaan di Indonesia dan luar negeri. Bug bounty merupakan program yang memungkinkan peretas atau hacker dalam mendeteksi dan memperbaiki bug sebelum diketahui secara publik.
Perjalanan Dzakir dalam menemukan bug dalam sistem keamanan Google bukanlah suatu hal yang sepele dan mudah. Faktanya Dzakir bukan pertama kalinya menemukan bug di sistem keamanan perusahaan teknologi terbesar dunia tersebut. Sebelumnya Dzakir sudah pernah menemukan bug Google sebanyak empat kali, namun selalu ditolak oleh pihak Google.
Awalnya Dzakir selalu lapor ke pihak Google kalau ada bug temuannya sebanyak lima kali, tetapi yang keempat kali laporannya tersebut ditolak karena dianggap tidak valid. Lalu akhirnya Dzakir mencoba mencari lagi dengan bantuan temannya dan akhirnya mendapatkan bug tersebut.
Setelah menemukan bug tersebut, Dzakir melaporkannya ke pihak Google untuk kelima kalinya namun masih ditolak laporan kelimanya tersebut. Alasan pihak Google menolaknya karena mereka masih belum paham dengan apa yang Dzakir temukan di sistem Google. Sampai-sampai terjadilah debat panjang antara Dzakir dengan pihak Google.
Abdullah Mudzakir melakukan klaim bahwa bug yang ditemukannya adalah salah satu bug yang cukup langka dan menarik. Sebab bug tersebut jarang ditemukan oleh bug hunter (pencari celah keamanan) lainnya. Setelah proses perjuangan panjang, akhirnya Google menerima laporan Dzakir tersebut dan memberikan penghargaan sebesar 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 76 juta.
Sekarang ini uang hadiah dari pihak Google sebesar Rp 75 juta itu, Dzakir manfaatkan untuk meningkatkan kemampuan serta keahliannya di bidang IT. Selain itu juga uang hadiah tersebut untuk dibelikan laptop baru, ditabung, dan diberikan kepada kedua orang tuanya.
Dzakir pun berpesan kepada generasi muda, supaya terus mengobarkan semangat belajar dan mengembangkan kemampuannya di bidang masing-masing yang mereka sukai.
Semoga kisah Abdullah Mudzakir sebagai bug hunter tersebut menjadi motivasi bagi siswa-siswi lainnya untuk ikut mendulang prestasi sesuai bakat, minat dan kemampuan masing-masing. Congratulations, Dzakir! Kamu tahu kisah inspiratif lainnya dari siswa lainnya? Share di kolom komentar ya.