Kecintaan seseorang terhadap alam dan hobinya dalam menjelajah hutan di Indonesia, membawanya kepada sebuah profesi sebagai Ibu Guru dari hutan. Hal inilah yang dialami oleh Saur Marlina Manurung atau yang lebih dikenal sebagai Butet Manurung.
Siapa yang pernah mendengar nama Butet Manurung? Buat EDOOers yang belum mengenalnya, pada artikel kali ini kami akan kasih tahu nih! Butet Manurung itu adalah sosok perempuan luar biasa yang mendedikasikan dirinya sebagai guru suku pedalaman di Jambi. Dia bahkan juga mendapat penghargaan hingga kancah internasional lho, EDOOers. Hebat kan!
Biografi Butet Manurung
Sosok Ibu Guru dari hutan dengan nama lengkap Saur Marlina Manurung tersebut merupakan wanita kelahiran 21 Februari 1972. Dia adalah seorang aktivis sosial dan antropolog Indonesia. Butet Manurung adalah perintis dan pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat adat terpencil dan terasing di Indonesia.
Butet menyandang gelar sarjana S1 Antropologi dan Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran Bandung, dan master S2 di bidang Antropologi Terapan dan Pembangunan Partisipatif di Australian National University, Canberra. Selain itu, Butet Manurung juga pernah mengikuti kursus Global Leadership and Public Policy di Harvard Kennedy School, Universitas Harvard, USA pada tahun 2012. Bahkan, dia sempat bekerja di Warung Informasi Konservasi, yaitu sebuah LSM (lembaga swadaya masyarakat) yang berkonsentrasi pada isu konservasi hutan di Sumatra, pada tahun 1999.
Butet Manurung jugalah yang menjadi penggagas berdirinya Sokola Rimba pada tahun 2003. Sesuai namanya, Sokola Rimba tersebut menghadirkan pendidikan bagi Orang-Orang Rimba yang bertempat tinggal di hutan Bukit Duabelas Jambi waktu itu. 18 tahun telah berlalu, kini Sokola Rimba telah berubah nama menjadi Sokola Institute.
Setelah beralih nama, sekolah yang digagas Butet Manurung tersebut telah berhasil menjangkau sedikitnya 17 komunitas adat di seluruh Indonesia dan memberikan manfaat kepada lebih dari 15.000 masyarakat adat untuk dapat mengenyam pendidikan formal.
Tentang Sokola Rimba
Perjuangan Butet Manurung dalam mendirikan Sokola Rimba tersebut bukanlah sebuah perkara yang mudah. Bertahun-tahun masuk dan keluar hutan dan ditolak mentah-mentah oleh Orang Dalam, karena ketakukan akan pendidikan akan mengubah adat istiadat mereka. Namun, hal tersebut bukanlah menjadi halangan bagi Butet untuk tetap gigih berbagi keilmuan yang dia punya.
Sokola Rimba didirikan oleh Ibu Guru dari hutan yaitu Butet Manurung untuk mewadahi pendidikan dengan pendekatan antropologis. Sokola Rimba merupakan program pendidikan yang ditujukan untuk sebuah komunitas adat Orang Rimba di Hutan Makekal Hulu di sisi barat Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi, Sumatera. Berbeda dengan sekolah formal pada umumnya, Sokola Rimba mempergunakkan sebuah metode pendekatan dan metode khusus yang ramah budaya.
Ibu Guru dari hutan tersebut melakukan pengajaran membaca dan berhitung sambil ikut secara langsung tinggal bersama anak didiknya di hutan. Dia memahami terlebih dahulu pola hidup, situasi, dan adat yang melingkupi kehidupan para anak didiknya untuk menyusun sebuah pengajaran yang sistematis, sehingga memungkinkan para anak didiknya belajar sambil berpindah-pindah atau nomaden.
Tujuan metode pendekatan pengajaran yang seperti itu, supaya materi pelajaran yang diberikan kontekstual dan waktu belajar bisa disesuaikan dengan rutinitas harian mereka. Perempuan berdarah Batak tersebut, membagi-bagikan alat tulis berupa buku bergaris, pensil, dan pena untuk anak didiknya. Butet Manurung juga memberi pengajaran kepada anak didiknya dengan kreatif. Apabila tidak kebagian alat tulis, dia mengizinkan anak didiknya untuk menggunakan ranting dan menggarisi tanah.
Faktanya, Butet Manurung belajar dengan keras untuk memahami bahasa Orang Rimba sebagai kunci untuk berkomunikasi. Tidak cuma itu, Butet pun juga mengenakan pakaian khas mereka dan hidup layaknya mereka, dengan memakai sarung berkemban, ikut berburu dan memakan apa saja yang mereka makan. Mulai dari kancil, ular, landak hingga kelelawar. Menurut Butet, pendidikan dapat membantu Orang Rimba dalam upaya menjaga hutan dan mempertahankan hak-hak istimewanya.
Meraih Berbagai Penghargaan
Banyak sekali penghargaan yang Ibu Guru dari hutan tersebut pernah raih. Salah satunya adalah penghargaan yang Butet raih adalah UNESCO Man and Biosphere Award pada 2001. Butet juga pernah diganjar penghargaan Ramon Magsaysay Award pada tahun 2014, berkat perjuangannya dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat adat. Penghargaan tersebut digadang-gadang sebagai Hadiah Nobel versi Benua Asia.
Majalah Time menjuluki wanita kelahiran Jakarta tersebut sebagai “Heroes of Asia Award 2004.” Tidak hanya itu, Sokola Rimba yang pernah dirintis oleh Butet Manurung tersebut juga telah diangkat kisahnya dalam sebuah film garapan Riri Riza dan Mira Lesmana pada tahun 2013.
Ibu Guru dari hutan ini juga pernah dinobatkan sebagai salah satu wanita berpengaruh versi majalah Globe Asia edisi pada Oktober 2007, Asia Young Leader di 2007, Young Global Leader di 2009, Ernst and Young Indonesian Social Entrepreneur of the Year 2012, dan pernah menempati jajaran peringkat 11 dari 99 perempuan paling berpengaruh di Indonesia.
Selain itu, pada perayaan Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 Maret. Butet Manurung mendapatkan sebuah kehormatan untuk menjadi wakil Indonesia sebagai Model Peran Global Barbie 2022. Perusahaan boneka Barbie membuat desain boneka spesial dengan wujud Butet Manurung selaku Ibu Guru dari hutan dengan mengenakan kain batik merah dan hitam serta kalung yang menggambarkan budaya Indonesia.
Sungguh sebuah kisah inspiratif yang bisa dijadikan teladan untuk para guru dan siswa di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, mari sama-sama kita tingkatkan semangat untuk selalu berjuang dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas baik di kota maupun di pedalaman. Kamu tahu kisah inspiratif lain guru lainnya? Share di kolom komentar ya.