Menangani dan mendampingi siswa yang mengalami trauma, memerlukan strategi yang jitu dan tepat. Pendampingan mutlak dari sosok Guru di sekolah sangat diperlukan, supaya siswa tersebut dapat segera menyelesaikan permasalahan yang membuat dirinya trauma. Apa saja sih strategi yang bisa dilakukan oleh guru dalam mendampingi siswa yang mengalami trauma? Yuk EDOOcator simak pemaparannya dalam artikel kali ini.
Pada tumbuh kembang siswa-siswi, trauma menjadi suatu hal yang sangat sulit dilewati. Kondisi tersebut diperoleh tidak hanya dalam lingkungan keluarga tetapi di kehidupan sosial pula. Trauma pada siswa bisa mengganggu perkembangannya, sehingga bisa terbawa sampai dewasa. Agar tidak berkepanjangan, ada beragam strategi yang perlu dilakukan agar siswa bisa terbebas dari trauma.
Apa Itu Trauma ?
Trauma ialah pengalaman krisis yang secara tiba-tiba atau tidak diantisipasi yang menyebabkan munculnya perasaan takut luar biasa dan bisa juga berkaitan dengan ancaman hidup dan bahaya fisik pada seseorang.
Trauma juga bisa diartikan sebagai tekanan emosional dan psikologis yang berkaitan dengan peristiwa yang menakutkan, berbahaya, kekerasan, atau mengancam jiwa. Trauma pada anak bisa terjadi di banyak tempat, bahkan di sekolah. Trauma anak di sekolah terjadi karena beberapa alasan seperti peristiwa yang dialami siswa sendiri, menimpa orang yang dikasihi, ataupun terpengaruh karena melihat atau mendengarkan dari sumber lain seperti televisi.
Secara umum, siswa yang mengalami trauma akan menghambat rutinitas belajar bagi siswa tersebut. Siswa dengan trauma dapat menampilkan emosi yang meledak-ledak di kelas, menurunnya nilai/prestasi akademik, sulit berkonsentrasi, perilaku maladaptif dan merusak di sekolah, sering tidak masuk/hadir di sekolah. Semua hal-hal tersebut bisa dihindari atau diturunkan jika guru dan pihak terkait memberikan bantuan pendampingan terhadap penanganan trauma bagi siswa di sekolah.
Strategi Guru dalam Menghilangkan Trauma Siswa
Berapa pun usia siswa, terlebih pada masa-masa sekolah, penting bagi guru untuk membantu mengatasi trauma tersebut. Berkat kasih sayang dan perhatian, siswa yang mengalami trauma bisa memudar secara perlahan agar dapat kembali normal. Berikut adalah beberapa strategi guru dalam membantu siswa yang mengalami trauma di sekolah, antara lain:
- Meningkatkan Kepekaan
Strategi pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah mengasah dan meningkatkan kepekaannya terhadap masalah traumatik yang dirasakan siswa. Sebagai guru, hindarilah kalimat-kalimat seperti, “Ah, itu masalah kecil?” atau “Itu hal biasa, kamu aja yang baper” karena kalimat-kalimat tersebut akan membuat kepercayaan siswa menurun, sehingga siswa akan merasa bahwa sang guru tidak peka terhadap masalah yang menimpanya dan tidak akan mampu memahami traumanya.
- Memberikan Perhatian Lebih
Sebagai seorang guru cobalah untuk berperan aktif dalam proses penyembuhan trauma yang dialami siswa dengan menghabiskan waktu bersamanya. Berkat guru yang memberikan rasa aman pada siswa, lambat laun membuat siswa yang mengalami trauma tersebut akan menyampaikan dan menceritakan apa yang dirasakannya.
- Menjadi Pendengar yang Baik
Apabila siswa yang mengalami trauma sudah mau menyampaikan keluh kesahnya. Penting bagi guru untuk memahami bagaimana siswa tersebut mampu memandang suatu situasi dan apa yang membuatnya terganggu. Sebagai guru jadilah pendengar yang baik atas keluh kesah siswa. Janganlah menyela atau bahkan menghentikan siswa yang sedang menceritakankeluh kesahnya. Biarkan siswa tahu bahwa tidak apa-apa untuk memberi tahu perasaannya kepada guru maupun orang tua.
- Tidak Menginterogasi
Guna menghadapi siswa yang mengalami trauma, guru harus menghadapinya dengan rasa empati dan fleksibilitas. Pada permasalahan ini pihak sekolah juga perlu mengembangkan azas kerahasiaan siswa yang mengalami persoalan trauma. Hal tersebut untuk menghindari bocornya rahasia siswa dan mengurangi kemungkinan pergunjingan yang tidak perlukan.
Namun yang sangat disayangkan, bahwa di sekolah-sekolah masih ada oknum guru yang kepo terhadap permasalahan siswa secara terperinci. Padahal pertanyaan detail terkait trauma yang dilakukan secara terus-menerus malah dapat menjadi tekanan baru bagi siswa, seperti proses trauma ulang (retraumatization). Pada tahap tersebut guru perlu fokus menghadapi apa yang terjadi pada saat ini saja.
- Tawarkan Bantuan
Kalimat seperti, apa yang bisa Ibu Guru bantu ?? bisa menjadi kalimat ajaib agar terbangun perasaan positif bagi siswa, karena dia merasa didukung dan dipahami. Apabila siswa tersebut tidak menjawab, mungkin dia juga membutuhkan waktu guna menjawab pertanyaan terbuka seperti itu.
Sebagai guru cobalah untuk memberikan tawaran bantuan supaya siswa yang mengalami trauma dapat membangun kembali rasa aman dan percaya. Sebab rasa trauma bisa membuat siswa merasa lebih sulit mempercayai lingkungan sekitarnya dan membuatnya merasa tidak aman.
- Konsisten Berikan Dukungan
Guru harus berikan siswa waktu untuk recovery (menyembuhkan diri) atas kehilangan yang mungkin mereka alami sebagai dampak dari peristiwa traumatis. Sebagai guru harus terus menerus memberikan siswa dukungan untuk mengatasi rasa trauma yang dirasakannya. Cobalah untuk menjauhkan hal-hal yang berkaitan dengan penyebab trauma siswa, supaya kondisinya tidak semakin parah.
- Bantulah dengan Relaksasi
Peristiwa traumatis sangat berpengaruh negatif pada proses belajar siswa. Kondisi stres, membuat siswa akan kesulitan belajar. Guru dapat melakukan hal-hal yang mampu menurunkan kecemasan dengan melakukan relaksasi, contohnya dengan latihan pernapasan sederhana. Relaksasi berfungsi untuk membuat anak lebih tenang dan melemaskan otot-otot seperti stretching, sehingga siswa dengan trauma akan dapat belajar lebih kondusif.
Demikianlah strategi-strategi yang dapat diimplementasikan oleh guru dalam mengatasi siswa yang mengalami trauma. Sekolah juga perlu membangun kerjasama internal (dengan guru serta staf sekolah) dan eksternal (keluarga, komunitas) untuk melakukan pendampingan pemulihan trauma. Hanya melalui kerjasama demikian, maka siswa akan memperoleh bantuan yang komprehensif guna melanjutkan hidup dan belajar pasca trauma. Salam Literasi