Skip to content

Bekal Sekolah yang Ngetrend Sejak Zaman Penjajah

Adakah EDOOers ada yang masih membawa bekal sekolah? Atau adakah di antara kalian yang saat ini sudah berperan sebagai sosok pembuat bekal sekolah untuk semua anggota keluarga di rumah? Sekarang ini, membawa bekal sekolah bukan lagi menjadi sesuatu yang memalukan. Malahan, hal tersebut menjadi suatu tren.

Yah, sebetulnya tradisi membawa bekal, terutama untuk bekal anak ke sekolah, ini sudah ada sejak lama sekali lho, EDOOers. Lantas, kenapa sih akhir-akhir ini rasanya tradisi yang menjadi tren dalam membawakan bekal sekolah untuk anak menjadi sangat bergengsi. Tak lain karena adanya banyak influencer di Indonesia yang membagikan konten-konten dalam menyiapkan bekal sekolah untuk anak-anak mereka.

Beberapa influencer tersebut ialah Khaerunnisa (@nisacookie), Munira Agile (@miraagile), Dorippu (@dorippu), Rachel Vennya (@rachelvennya), dan Nana Mirdad (@nanamirdad_). Menariknya, para influencer tersebut tak sekedar menyajikan hidangan yang menggugah selera, melainkan juga penuh estetika dan menggemaskan. So, untuk para Ibu-Ibu di rumah yang sedang bingung menyiapkan bekal sekolah, konten mereka bisa menjadi referensi.

Sejarah Tradisi Membawa Bekal

Sehabis perginya Belanda dari bumi nusantara, seiringan dengan itu pula negara Jepang yang mengaku sebagai saudara tua Indonesia datang dan mulai menggantikan sendi-sendi pemerintahan Hindia-Belanda. Kemudian pihak Jepang pun juga membuat beberapa perubahan kebijakan tentang pangan ketika berkuasa.

Apabila sebelumnya orientasi pangan Indonesia diarahkan untuk konsumsi makanan yang ditunjukkan pada jenis makanan rakyat, maka pascan negara Jepang lebih mengorientasikan pangan untuk memenuhi kebutuhan perang saja. Akibatnya, pada tahun terjadinya penuruan persediaan beras dampak dari petani dipaksa menyerahkan hasil panennya ke pihak Jepang.

Dampak dari kebijakan yang dicanangkan oleh Jepang, membuat persediaan beras yang harusnya dikonsumsi pun menjadi berkurang dan menyebabkan harga beras melonjak naik. Bahkan hanya kalangan menengah ke atas saja yang mampu membeli beras. Padahal sebelum kedatangan Jepang, kebutuhan dan persediaan beras untuk rakyat masih sangat cukup dan tidak mengkhawatirkan.

Banyaknya kebijakan yang dicanangkan pihak Jepang yang hanya berorientasi untuk perang membuat penurunan konsumsi pangan nabati maupun hewani. Hal tersebut juga berakibat juga pada peningkatan angka masyarakat yang menderita kekurangan gizi. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia kala itu, tetapi terjadi juga di daerah yang dijajah oleh Jepang.

Kebijakan Jepang yang tidak manusiawi tersebut. Akhirnya mendapat banyak kecaman oleh dunia dan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Jepang yang sebelumnya dianggap “saudara tua Indonesia”. Jepang pun memulai propagandanya dengan strategi mempengaruhi rakyat Indonesia untuk belajar hidup lebih prihatin terhadap kondisi yang ada.

Disinilah asal-asul tradisi membawa bekal dimulai. Kebijakan baru dari Jepang pun lahir dengan mengubah kebijakan nutrisi Jepang untuk masa perang dialihkan pada “kesederhanaan” dalam bentuk simbiolisme patriotik Hinomari Bento yang mempunyai arti “kotak makan siang Matahari Terbit”.

Secara harfiah, Hinomari Bento merupakan tempat makan berbentuk persegi panjang untuk makan siang yang berisikan nasi dan acar sayuran yang ditempatkan di tengah seperti halnya meniru pola bendera Jepang (Hinomaru).

Hinomaru Bento ditautkan dengan inisiatif sebuah sekolah perempuan di Hiroshima, Jepang yang para siswanya selalu makan siang dari kotak makan sebagai bentuk solidaritas dengan pasukan tempur di Tiongkok. Pihak tentara militer Jepang pun kemudian meniru konsep tersebut pada tahun 1937. Lalu pada tahun 1939, gagasan tersebut mulai berlaku bagi sekolah di seluruh negeri dan menjadi suatu simbol persatuan bangsa Jepang.

Tradisi bekal makan siang ini sudah tercatat dengan baik di Jepang. Menurut babad Nihon Shoki, salah satu catatan sejarah tertua di negara Jepang, bekal makan siang ini umumnya dibawa para pemburu. Pada sekitar abad ke-5, para manusia Jepang, baik pemburu, petani, ataupun tentara bayaran, terbiasa membawa bekal berupa bola-bola nasi (onigiri) dan air minum. Kata bento yang saat ini amat viral untuk menggambarkan bekal, dianggap lahir pada abad 16, di masa Edo.

Bermula dari hal tersebut, maka ditanamkankanlah tradisi membawa bekal kepada seluruh rakyat Indonesia demi usaha menularkan rasa patriotisme, kesederhanaan, keprihatinan ketika hidup pada masa sulit. Meskipun berangkat dari sebuah propaganda, ternyata hingga sekarang ini bekal makan siang masihlah menjadi kebiasaan ditengah masyarakat Indonesia.

Sementara itu di India, orang-orang mengenal sistem dabbawala. Dabbawala adalah orang yang mengumpulkan kotak bekal berisi makanan dari rumah. Selanjutnya orang tersebut mengantarkan kotak bekal itu ke kantor langganan. Umumnya orang yang mengantarkan kotak bekal tersebut menggunakan sepeda atau kereta api. Pada tahun 1890, Mahadu Havaji Bache memulai sistem pengantaran kotak bekal makanan ini. Kisah tentang dabbawala ini dapat dilihat pada film berjudul The Lunchbox.

Manfaat Bekal Sekolah

Membawa bekal sekolah merupakan salah satu upaya untuk membantu menyisihkan uang jajan agar bisa ditabung dan lebih hemat. Selain itu, EDOOers dengan membawa bekal sekolah juga dapat menyesuaikan selera dan mengendalikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.

Membiasakan membawakan bekal sekolah untuk anak, orang tua bisa lebih memastikan asupan gizi yang didapat anak selama sekolah, serta menciptakan kebiasaan sehat untuk jangka panjang bagi anak.

Manfaat lain dari memberikan anak bekal sekolah makanan ke sekolah, yaitu orang tua dapat memulai mengajari anak tentang apa itu artinya tanggung jawab. Melalui membawakan bekal sekolah, anak bisa belajar tanggung jawab bahwa bekal yang dia bawa harus di makan pada saat jam makan siang. Setidaknya dengan hal tersebut, anak-anak mulai belajar bertanggung jawab tentang menjaga kesehatan diri sendiri.

Manfaat terakhir dengan membawakan bekal sekolah ialah dapat membangun kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Seiring berjalannya waktu, anak akan menyadari bahwa kebiasaan ibu mempersiapkan bekal sekolah adalah bentuk kasih sayang dan menjadi kenangan yang baik untuk anak.

Intinya dengan adanya tren membawakan bekal sekolah ke anak ini, jangan jadikan sebagai perlombaan ataupun ajang pamer untuk membanding-bandingkan antara bekal anak kita dengan bekal anak lainnya. Paling tidak jika ingin membawakan bekal sekolah sesuaikanlah isinya dengan kondisi keuangan kita.

Bekal sekolah bukanlah tentang isi, tampilan kotak makan ataupun alat makannya, melainkan rasa kasih yang dituangkan oleh seorang ibu ke dalam makanan tersebut. Bekal sekolah merupakan suatu perlindungan dari seorang ibu yang tidak ingin anaknya merasa lapar di sekolah. Bekal sekolah adalah jaminan dari seorang ibu, bukan hanya untuk anaknya saja, namun untuk dirinya sendiri, sehingga anaknya dapat belajar dengan baik di sekolah tanpa merasakan lapar.

Jadi, EDOOers, kamu ikutan tren membawa bekal sekolah juga nggak nih? Yuk share ke sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *