Ngomongin soal perhelatan olahraga kelas dunia, kita tak bisa lepas dari ajang olahraga Olimpiade Tokyo pada tahun 2020 lalu. Salah satu yang menjadi pusat perhatian kala itu yaitu keberadaan guru SD asal Indonesia yang menjadi wasit perempuan Olimpiade Tokyo 2020 untuk cabang olahraga badminton. Sosok perempuan itu bernama Qomarul Lailah. Ia menjadi salah satu wasit perempuan yang telah tersertifikasi sebagai wasit Internasional dari BWF. Keren!
Profil Qomarul Lailah
Qomarul Lailah merupakan wanita kelahiran Surabaya 24 September 1977 silam. Beliau berprofesi sebagai seorang guru di SD Negeri Sawunggaling 1, Kota Surabaya, Jawa Timur. Qomarul Lailah atau yang mempunyai nama sapaan Lia adalah guru pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Qomarul Lailah juga sudah menjadi seorang Ibu dengan mempunyai dua anak.
Lia merupakan alumni STIBA Satya Widya Surabaya pada tahun 2000. Selama berkuliah dulu Lia mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Qomarul Lailah ditunjuk menjadi wasit perempuan di ajang Olimpiade Tokyo 2020 pada 23 Juli hingga 8 Agustus 2021. Karirnya dalam dunia perwasitan dimulai sejak tahun 2000 silam, dimana waktu itu dirinya masih menjadi guru berstatus tenaga kontrak di salah satu SD di Surabaya.
Perjalanan Karir Menjadi Wasit
Kisah perjalanan karir Qomarul Lailah sebenarnya berawal dari ketidaktarikannya menjadi wasit lantaran tidak memahami seluk beluk olahraga badminton itu sendiri. Namun, hal tidak disangka berawal dari tidak tertarik sama sekali terhadap olahraga badminton menjadi sebuah candu untuk terus belajar memahami olahraga badminton tersebut.
Awal ketertarikannya dengan olahraga badminton ketika olahraga ini cukup tenar di lingkungan daerahnya. Kemudian, Ibu dua anak tersebut mencoba mengikuti sebuah pelatihan wasit badminton dan menjalani ujian tingkat provinsi. Akan tetapi, setelah mendapatkan cukup banyak pengetahuan dan mengikuti ujian tingkat provinsi, Qomarul Lailah akhirnya berhasil lulus.
Ujian yang diikuti Qomarul Lailah di antaranya mulai dari Ujian Nasional A, Ujian Nasional B pada 2003, serta sertifikasi wasit tingkat Asia. Ujian nasional A mewajibkan semua calon wasit internasional untuk menguasai bahasa Inggris untuk bisa melanjutkan pada sertifikasi wasit Tingkat Asia. Pada ujian itu Qomarul Lailah lolos dengan peringkat 3 besar.
Akan tetapi kelulusannya tersebut tak lantas langsung membawanya menjadi wasit profesional. Banyak hal rintangan dan cibiran yang membuat mentalnya bisa down, salah satunya kemarahan para pemain saat pertandingan. Bahkan, sampai ada oknum pemain yang berteriak kok begitu wasitnya, ada juga yang bilang ini wasit lulusan darimana, dan ada yang bilang ini wasit harus sekolah wasit lagi.
Teriakan, cibiran, dan cacian tersebut tak lantas membuat Lia terpuruk dan pesimis. Beliau malah semakin giat untuk menggali terus pengetahuan-pengetahuan mengenai olahraga badminton dan tentang wasit. Sampai pada akhirnya beliau dipertemukan dengan sebuah buku Law of Badminton. Buku itu berisi segala aturan dan instruksi tentang badminton dalam bahasa Inggris.
Melalui kemampuan bahasa Inggris Qomarul Lailah yang cukup baik, ia dengan mudahnya memahami segala aturan dan instruksi di buku tersebut. Sehingga membuatnya semakin optimis dalam menjadi wasit badminton di suatu pertandingan dengan bekal ilmu yang terus diasah.
Seakan tak mau ambil pusing terhadap penilaian miring orang lain. Qomarul Lailah terus mengikuti berbagai ujian nasional di berbagai ajang, sebagai upayanya agar terus aktif meningkatkan kualifikasinya sebagai wasit. Perjalanan Qomarul Lailah semakin melejit dalam dunia perwasitan. Namun, beliau tidak serta merta melupakan kewajibannya menjadi seorang pendidik mata pelajaran Bahasa Inggris Sekolah Dasar.
Menariknya, Qomarul Lailah juga menjelaskan seluruh ilmu yang diperolehnya dan mengimplementasikannya di sekolah tempatnya mengajar. Beliau pun mengaku anak-anak didiknya itu, beliau latih agar selalu mempunyai kedisiplinan, percaya diri, dan pantang menyerah. Menurut beliau, hal itulah yang menjadi poin terpenting dalam meraih kesuksesan.
Qomarul Lailah mengajarkan murid-muridnya menjadi the real bonek. Bonek sejati disini diartikan bukan apabila kalau kalah main itu sakit hati terus berantem. Melainkan keberanian yang kita butuhkan. Keberanian harus diaplikasikan sejak dini, terutama dalam berbahasa asing.
Lia ajarkan kepada murid-muridnya itu untuk ‘wani’ (berani) berbicara bahasa Inggris. Beliau berharap generasi penerus bangsa terkhusus arek-arek Suroboyo semakin gigih dan pantang menyerah dalam mewujudkan cita-cita mereka.
Setelah proses yang panjang akhirnya Qomarul Lailah pun berhasil mendapakan sertifikasi wasit dari BWF pada tahun 2017. Beliau pun sempat mengaku bahwa banyak rintangan yang harus dihadapi untuk bisa menjadi seorang wasit profesional.
Akhirnya Qomarul Lailah yang seorang guru SD terpilih menjadi wasit perempuan Olimpiade Tokyo 2020 pada cabor badminton, karena ada peluang 30 persen kuota wasit perempuan sebagai wujud kesetaraan gender (gender equality). Sebenarnya Qomarul Lailah juga kaget, karena sertifikasi wasit BWF baru diperoleh pada tahun 2017. Maka seharusnya ada rentang waktu tunggu untuk bisa jadi wasit di Olimpiade. Tetapi karena ada kuota wasit perempuan sebanyak 30 persen sebagai bentuk gender equity (kesetaraan gender), maka beliau pun terpilih untuk menjadi wasit Internasional.
Kisah inspiratif dari Qomarul Lailah seorang guru SD yang menjadi wasit perempuan Olimpiade Tokyo 2020 tersebut, harapannya dapat menumbuhkan semangat baru baik di kalangan para guru maupun pelajar yang ada di Indonesia, khususnya di Kota Pahlawan Surabaya. Sebuah kebanggaan yang luar biasa ada guru Indonesia yang menjadi wasit di ajang olahraga tingkat internasional. Semangat tersebutlah yang diharapkan mampu menjadi pemantik semangat guru-guru dan pelajar untuk terus berprestasi. Itulah kisah inspiratif kali ini. Salam Literasi untuk Edukasi.