Skip to content

Kisah Pak Rudi: Bercita-Cita Bangun Jembatan, Agar Murid Tak Lagi Jadi Korban

Peran sosok guru dalam kemajuan pendidikan sangatlah besar. Bahkan tak jarang siswa yang menyukai salah satu mata pelajaran tertentu karena sosok gurunya yang sangat inspiratif.

Kecintaan guru dalam mengajar serta mencerdaskan kehidupan bangsa sudah jelas patut diapresiasi. Tidak seperti di beberapa kota besar di Indonesia, para guru dan juga siswa yang berada di pedalaman harus berjuang ekstra keras dalam menempuh pendidikan.

Hal tersebut bukan karena para guru dan siswa yang menginginkannya. Namun, karena kondisi tertentu yang memaksa mereka untuk berjuang ekstra keras setiap harinya demi meraih pendidikan.

Kisah Pak Rudi Menerjang Deras Arus Sungai Setiap Hari

Pak Rudi sosok guru hebat yang hampir setiap harinya bergelut dengan derasnya arus sungai, demi membantu murid-muridnya untuk menyeberang dari desa menuju ke sekolah menggunakan rakit di Dusun Karang Pinggan, Desa Muara Kulam, Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan.

Hampir setiap hari arus sungai yang menghubungkan dua desa, yang dilalui Pak Rudi beserta murid-muridnya cukup deras. Akan tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangat Pak Rudi dan murid-muridnya untuk pergi ke sekolah. Meski demikian, sekitar 200 warga tetap ngotot menerobos derasnya aliran sungai demi kehidupan sehari-hari.

Ketegangan dan rasa was-was sangat intens dirasakan oleh Pak Rudi, ketika menarik sekuat tenaga rakit bambu reot dan ringkih yang dinaiki oleh murid-muridnya. Di tengah derasnya aliran sungai yang membelah dua desa, Pak Rudi dan murid-murid yang berada di atas rakit bisa saja tenggelam dikarenakan meluapnya sungai, apabila tidak berhati-hati saat menyebrang. Tak hayal bisa saja saat menyebrang beliau dan para murid bisa hanyut terbawa arus sungai yang deras tersebut.

Hanya ditemani satu rakit bambu yang ringkih itu, Pak Rudi selalu mengatakan hal yang sama setiap harinya kepada murid-muridnya tersebut, “ Nak, pegang rakitnya erat-erat! arus sungai selalu deras dan kita harus selamat sampai sekolah “ ucap Pak Rudi sambil menarik rakit bambu dengan murid-murid yang duduk gemetar di atasnya.

Apalagi pernah terjadi sebuah kasus di mana murid dari Pak Rudi basah, tenggelam, bahkan sempat pernah ada yang sampai hanyut ketika menyebrangi sungai saat menuju ke sekolah. Kondisi tersebut membuat Pak Rudi mempunyai cita-cita mulia, yakni beliau ingin bisa membangun jembatan yang layak agar mempermudah murid-muridnya saat berangkat ke sekolah dan juga tidak ingin lagi terjadi jatuhnya korban akibat menyebrang di sungai tersebut.

Bahkan beberapa murid lainnya yang tidak naik rakit bambu, harus digendong oleh guru-guru lain agar dapat sampai ke desa sebrang. Tidak peduli dengan bahaya yang bisa datang kapan pun, guru-guru itu tetap berjalan menerobos Sungai Kulam dengan menggendong para murid di punggung mereka.

Sebenarnya Pak Rudi takut kehilangan muridnya lagi, saat menyebrang sungai. Akan tetapi tak apa, demi murid-muridnya tetap sekolah. Pak Rudi beserta guru-guru lainnya tetap sigap setiap hari menjaga para murid ketika sebrangi sungai Kulam.

Begitulah kondisi di pedalaman Dusun Karang Pinggan, Desa Muara Kulam, Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara. Sejak tahun 1940 tidak pernah ada jembatan yang dibangun untuk menghubungkan dua desa sebagai akses utama. Dengan tidak adanya jembatan, tidak hanya para guru dan murid kesulitan menempuh perjalanan, warga pun juga kesulitan menyebrang sungai yang deras untuk pergi ke kebun, tempat para warga bekerja. Bahkan warga menempuh jarak sejauh 3 kilometer untuk ke kebun.

Mayoritas warga di Dusun Karang Pinggan berprofesi sebagai petani. Kegiatan berkebun yang dilakukan para warga setiap harinya, supaya bisa tetap menafkahi keluarga dan membiayai sekolah anak-anak. 

Menurut Pak Rudi sungai Kulam menjadi satu-satunya akses para murid, guru dan warga untuk ke desa seberang dan tidak ada jalan lain lagi. Sungai Kulam menjadi akses utama bagi warga untuk membeli kebutuhan pokok di kota kecamatan atau anak-anak pergi ke sekolah.

Setiap langkah kaki yang setiap hari Pak Rudi pijakan. Ketika beliau mengantar murid-muridnya ke sekolah dengan menerjang derasnya arus sungai Kulam, merupakan sebuah bentuk pengabdian untuk bangsa dan negara, agar bisa mencerdaskan serta membina anak-anak di pedalaman Indonesia. 

Pak Rudi selalu membulatkan tekadnya agar tidak terulang lagi kejadian kehilangan muridnya akibat cengkraman derasnya arus sungai Kulam. Oleh karena itu, beliau mempunyai cita-cita mulia untuk bisa membangun jembatan yang layak untuk para murid dan warga.

EDOOcator dan EDOOers, hikmah dari kisah Pak Rudi adalah perjuangan untuk memajukan pendidikan di Indonesia terutama di wilayah pelosok pedalaman tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja. Perlu adanya gotong-royong dari berbagai pihak agar bisa mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter, serta memiliki masa depan yang cerah.

Itulah kisah inspiratif dari guru yang selalu berjuang tanpa pamrih demi tercapainya pendidikan yang layak bagi murid-muridnya. Kamu tahu kisah inspiratif lain guru lainnya? Share di kolom komentar ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *