Hampir satu tahun sudah Covid-19 mewabah di dunia, termasuk di Indonesia. Selama ini, Indonesia menggunakan tiga jurus, yaitu 3M, 3T dan Perawatan di Rumah Sakit untuk mencegah penyebaran virus. Namun, di akhir tahun ini akan ditambah satu jurus baru, yaitu vaksinasi.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dan Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional dalam laman resminya, menyebutkan menyusul kedatangan vaksin Covid-19 dari China, maka Indonesia saat ini memiliki tiga jurus menghentikan pandemi. Berikut penjelasannya.
1. Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak (3M)
Disiplin menjalankan protokol kesehatan, yaitu Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak (3M) menjadi pilar pengendalian dan mengakhiri pandemi. Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengingatkan kedisiplinan 3M juga harus dijalani walau masyarakat nanti divaksinasi. Disiplin protokol kesehatan adalah hal mutlak yang harus menjadi perhatian bagi segenap elemen masyarakat sebagai garda terdepan dalam upaya memutus mata rantai penularan Covid-19.
Masyarakat harus memperketat protokol kesehatan dan mewaspadai kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan selama Desember, seperti tahapan pemungutan suara Pilkada serentak tanggal 9 Desember 2020 sampai proses penyelesaian sengketa di MK hingga 26 Desember. Ada juga aktivitas cuti bersama Libur Natal dari tanggal 24 -27 Desember 2020. Kemudian cuti bersama Libur Tahun Baru dari 31 Desember 2020 sampai 3 Januari 2021.
Pada tanggal-tanggal kritis tersebut, disiplin protokol kesehatan 3M sangat diutamakan. Pelajaran peningkatan angka kasus pasca-liburan panjang menjadi hal penting dikita perhatikan bersama agar tidak terulang di titik-titik kritis tersebut. Awal Desember, terjadi peningkatan tren kasus aktif sebesar 2,29%, yang dipicu libur panjang pada akhir Oktober dan aktivitas kerumunan dalam jumlah besar di awal dan pertengahan November lalu.
2. Tracing, Testing dan Treatment (3T)
Penasihat Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menkomarinvest), Monica Nirmala mengatakan 3M banyak membicarakan tentang peran individu. Sementara itu, 3T berbicara tentang bagaimana individu memberikan notifikasi atau pemberitahuan pada orang di sekitar untuk waspada. Jadi memang ada satu proses yang tidak hanya melibatkan individu, tetapi juga orang yang lebih banyak,
3T terdiri dari tiga kata yakni pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment). Pemeriksaan dini menjadi penting agar bisa mendapatkan perawatan dengan cepat. Selain itu, dengan mengetahui lebih cepat, kita bisa menghindari potensi penularan ke orang lain.
Lalu, pelacakan dilakukan pada kontak-kontak terdekat pasien positif Covid-19. Setelah diidentifikasi oleh petugas kesehatan, kontak erat pasien harus melakukan isolasi atau mendapatkan perawatan lebih lanjut. Seandainya ketika dilacak si kontak erat menunjukkan gejala, maka perlu dilakukan tes, kembali ke praktik pertama (testing).
3. Perawatan di Rumah Sakit
Kemudian, perawatan di Rumah Sakit atau atau therapheutic akan dilakukan apabila seseorang positif Covid-19. Jika ditemukan tidak ada gejala, maka orang tersebut harus melakukan isolasi mandiri di fasilitas yang sudah ditunjuk pemerintah. Sebaliknya, jika orang tersebut menunjukkan gejala, maka para petugas kesehatan akan memberikan perawatan di rumah sakit yang sudah ditunjuk pemerintah.
Hingga saat ini, ada tiga indikator yang menjadi standarisasi pemeriksaan Covid-19 yakni, jumlah spesimen, kecepatan hasil pemeriksaan, dan rasio positif. Dari segi kapasitas laboratorium yang dimiliki Indonesia sangat memadai untuk melakukan pemeriksaan sesuai standar WHO. Kapasitas tes di laboratorium hampir 80.000.
4. Vaksinasi
Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa vaksin merupakan salah satu dari tiga strategi WHO untuk menangani pandemi.
Terkait kedatangan vaksin secara bertahap, saat ini, sudah ada 1,2 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi tiba di Indonesia.
Dalam bulan Desember ini juga, 1,8 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi akan datang lagi ditambah 15 dosis juta dalam bentuk bahan baku curah. Kemudian akan ada 30 juta dosis bahan baku vaksin akan tiba Januari 2021, yang nantinya akan diproses menjadi 24 juta vaksin jadi oleh PT Bio Farma yang akan jadi pada bulan setelahnya.
Per 7 Desember 2020, pemerintah Indonesia juga telah memberikan konfirmasi kepada GAVI sebagai penyedia vaksin untuk berpartisipasi, membuka akses untuk 20% dari populasi rakyat Indonesia agar bisa mendapatkan vaksin dengan harga yang baik melalui kerja sama multilateral dengan WHO. Walau vaksin sudah mulai tiba, proses dimulainya vaksinasi akan dilakukan setelah izin penggunaan dikeluarkan oleh Badan POM. *