Skip to content

Ini 5 Tokoh Literasi Indonesia dari Profesi Pustakawan

Setiap tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Aksara atau Hari Literasi Internasional. Hari Literasi dirayakan sebagai peringatan untuk bersama-sama menghapuskan buta huruf di dunia yang saat ini masih banyak terjadi, terutama di negara berkembang dan miskin.

Sebagai negara yang belum semua warganya melek literasi, Indonesia juga menjadikan Hari Literasi sebagai momentum untuk mengevakuasi dan penyemangat upaya memberantas buta huruf dan terus meningkatkan minat baca masyarakat.

Salah satu profesi yang berhubungan langsung dengan literasi adalah Pustakawan, yaitu pengelola perpustakaan dan berinteraksi secara langsung dengan pemustaka alias pembaca. Banyak tokoh Pustakawan di dunia yang dinilai berjasa meningkatkan literasi masyarakat. Di Indonesia juga ada.

Berikut 5 tokoh literasi di Indonesia yang bergerak dari profesi Pustakawan.

  1. Mastini Hardjoprakoso

Mastini Hardjoprakoso adalah pendiri dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Mastini berasal dari kaum bangsawan yang memiliki hobi membaca. Namun, dia gelisah karena pada saat itu buku hanya bisa diakses oleh kalangan bangsawan. Dia menilai hal ini tidak adil karena semua orang berhak mengetahui informasi dan membaca.

Data Pusat Pembinaan Pustakawan, Perpustakaan Nasional RI menununjukkan Mastini memulai kariernya di Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) yang awalnya merupakan lembaga swasta Belanda.  Dia belajar di Belanda tahun 1955 hingga tahun 1956 untuk belajar teknis perpustakaan  di Nederlands Instituut voor Documentatieen Registratie dengan beasiswa Stichting voor Culturele Samenwerking.

Setelah lulus, dia mendapatkan tawaran memimpin perpustakaan di luar negeri, menjadi Kepala Perpustakaan Daag Hamarsjkod di New York, Amerika Serikat, tahun 1988. Namun, dia memutuskan pulang ke Indonesia dan mendukung pembukaan Perpustakaan Nasional RI tahun 1989. Perpusnas terbuka bagi semua masyarakat, tidak hanya dari golongan bangsawan, tetapi semua kalangan.

Mastini menerbitkan The Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia yang membahas tentang masih lemahnya bibliografi di Indonesia. Buku ini menjadi bahan penyusunan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1990 Tentang Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam.

2. JNB Tairas

JNB Tairas adalah salah satu tokoh literasi Indoneia yang dikenal oleh kalangan pustakawan karena hasil karyanya banyak digunakan sebagai alat dalam pengolahan bahan pustaka, terutama dalam hal pekerjaan-pekerjaan katalogisasi dan klasifikasi.

Setelah lulus SMA, dia ingin menlanjutkan ke perguruan tinggi di Makasar dan bercita-cita menjadi ahli ekonomi, manun karena keadaan keuangan yang tidak memungkinkan pada saat itu, maka Tairas muda melamar pekerjaan dan diterima di Perpustakaan Rakyat Makasar tahun 1952.

Sejak saat itu, JNB Tairas berprofesi sebagai Pustakawan hingga akhir hayatnya tanggal 27 Mei 2004. Selama hidupnya beliau juga aktif pada berbagai kegiatan pelayanan keagamaan dan kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggalnya.

Untuk meningkatkan kemampuan keilmuannya Tairas dikirim ke New Zeland untuk mengikuti pendidikan profesional- non gelar selama 2 tahun yang bertempat di The National Library Service. Namun, dia menamatkan pendidikan dalam 9 bulan dengan makalahnya berjudul “Toward to The National Library of Indonesia”.

Makalah itu terpilih sebagai salah satu dari dua makalah untuk diterbitkan oleh The Library School dalam Jurnal Nomor 1 seri Library School Studies in Library Administration tahun 1960. Di juga mewakili Indonesia pada International Conference on Cataloguing Principles (ICCP) di Paris tahun 1961. J

Tahun 1959, JNB Tairas sudah mengemukakan ide untuk pendirian perpustakan nasional di Indonesia, tetapi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia baru berdiri tahun 1989. Ide perpustakaan nasional dari Tairas baru terlaksana setelah 30 tahun.

3. Sudjono

Sewaktu dikukuhkan menjadi Pustakawan Ahli Utama, beberapa waktu lalu, Sudjono mengatakan pentingnya pembinaan minat baca secara terus menerus melalui berbagai jalur. Jalur pertama adalah keluarga melalui peran orang tua yang memberikan teladan membaca.

Kedua ialah jalur sekolah melalui pembinaan minat baca secara formal dalam kelas dan informal para siswa baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungannya. Selanjutnya ialah jalur perpustakaan. Jalur keempat ialah jalur masyarakat.

Sudjono lulusan S1 dari Unitomo Surabaya tahun 1984dan S2 di Universitas Trisakti tahun 1998. Dia mengawali karirnya sebagai PNS di Provinsi Jawa Timur tahun 1978 dan sejak tahun 2018 dikukuhkan menjadi Pustakawan Ahli Utama di Dinas Perpustakaan dan Kerasipan Propinsi Jawa Timur. Saat ini Sudjono masih aktif sebagai pustakawan ahli utama di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Propinsi Jawa Timur.

4. Titiek Kismiyati

Titiek Kismiyat juga Pustakawan Ahli Utama. Dia Sarjana Perpustakaan lulusan Universitas Indonesia tahun 1990 dan Magister Ilmu Perpustakaan di UI lulus tahun 2004. Dia memulai karir sebagai PNS di Perpustakaan Nasional sejak 1983.

Selama 9 tahun memimpin Titiek Kismiyati banyak menyelesaikan tugas berat terkait bidang pengkajian dan pengembangan pustakawan. Tahun 2011, Titiek Kismiyati dipromosikan menjadi Kepala Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka.

Tahun 2015 memimpin Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi. Dan terakhir diangkat dalam jabatan fungsional pustakawan sebagai pustakawan ahli utama pada tahun 2018 sampai dengan sekarang.

Dia selalu menekankan Perpustakaan Nasional RI berfungsi sebagai perpustakaan rujukan dan perpustakaan penelitian memiliki berbagai sumber yang dapat dimanfaatkan oleh para peneliti, penulis, mahasiswa, maupun pengajar dalam menyusun karya tulis ilmiah mereka.

‘Data yang ada di Perpustakaan Nasional sangatlah penting karena diharapkan Perpustakaan Nasional dapat menyediakan data yang sudah dalam bentuk siap pakai (dataset)  untuk memudahkan pemustaka.

5. Fathmi

Fathmi, Pustakwan kelahiran Medan tahun 1960. Sarjana perpustakaan dari Universitas Indonesia lulusan tahun 1994. Selain pendidikan formal yang telah ditempuhnya, Fathmi juga mengikuti kursus/pelatihan antara lain diklat penyungtingan bahasa, pelatihan jaringan otomasi, magang perpustakaan di Brunei Darussalam, administrasi umum, pelatihan pengatalogan dengan standar Indomarc pedoman pengoperasian program, diklat asesor dan bimtek e-resources.

Fathmi memulai karirnya sebagai PNS di Perpustakaan Nasional tahun 1985. Jabatan fungsionalnya dimulai ketika diangkat sebagai ajun pustakawan tahun 1986. Sejak tahun 2014 hingga saat ini dia adalah pustakawan ahli utama.

Fatmi telah banyak menulis buku dan artikel di bidang perpustakaan. Saat ini Fathmi masih aktif sebagai pustakawan ahli utama di Perpustakaan Nasional. Bagi yang ingin berkorespondensi dengan beliau dapat menghubungi lewat email fathmi60@gmail.co. *