Pernahkah kamu dihukum oleh guru matematika karena tidak bisa menyelesaikan soal? Ataukah kamu sering sudah panik duluan kalau ada giliran mengerjakan soal di papan tulis? Banyak yang mengatakan matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan.
Memang matematika bukan hal yang mudah untuk dipahami, tetapi bukan berarti tidak ada jalan untuk menguasainya. Apalagi sebenarnya materi yang diajarkan di matematika sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Ariesandi Setyono dalam bukunya Mathemagics, Cara Jenis Belajar Matematika, mengatakan matematika bisa menjadi pelajaran yang menarik asalkan tahu triknya. Konsep dasar matematika, harus dikenalkan kepada anak sejak dini. Tentunya dengan cara yang menyenangkan, sehingga matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang menakutkan. Ini dia tiga langkah jenius belajar matematika.
- Belajar Menggunakan Benda Nyata/Konkret
Benda konkret dan nyata adalah benda-benda yang dapat dapat dipegang dan dirasakan. Tidak harus benda mati, apa saja bisa digunakan, mulai dari gelas, pensil, batu, gelang, ayam, kelinci, buah-buahan dan lain-lain. Mengapa harus benda nyata? Karena benda itulah yang dapat diraba, didengar dan dirasakan oleh anak dengan menggunakan panca indra. Di dalam otak anak belum terdapat jalur informasi menganalisis, tetapi masih mengandalkan panca indra.
Contohnya mengenalkan angka 10, tulis di kertas angka 10, bisa juga menggunakan kartu remi angka sepuluh. Kemudian, ambil sedotan sebanyak 10 buah dan letakkan di meja. Ucapkan dan hitung mulai dari satu, dua hingga seterusnya sambil memindahkan sedotan ke dekat angka 10 yang ditulis atau kartu remi tadi. Dengan cara ini, anak akan dapat mencerna makna dari angka satu hingga 10 karena terekam sewaktu mereka memegang sedotan dan memindahkan sedotan. Dari situlah anak belajar jumlah banyak dan jumlah sedikit melalui indra pengelihatan, pendengaran, perabaan dan perasaan.
Selain kartu remi, bisa juga digunakan gelas kosong, manik-manik, kancing, kacang tanah, kubus dan buah-buahan. Ulangi terus-menerus dengan suasana yang santai dan menyenangkan sampai anak mahir melakukannya sendiri tanpa kesalahan.
2. Belajar Membuat Bayangan di Pikiran
Jika anak sudah bisa memahami relasi suatu bilangan dengan benda di sekitarnya, maka mulailah membentuk bayangan dalam pikiran. Misalnya, untuk menghitung satu sampai lima, tunjukkan pada anak lima batang sedotan, hitung bersama-sama mulai dari satu sampai lima. Letakkan di meja, kemudian ambillah kertas kosong dan pinsil krayon lalu gambarlah lima batang sedotan tadi. Setelah itu, pasangkan gambar sedotan dengan sedotan nyata yang ada di atas meja dan mintalah anak menghitung sambil menunjuk gambar yang dibuat.
Ini adalah proses peralihan dari penggunaan benda nyata ke penggunaan gambar. Lakukan untuk beberapa benda, lima gelas, lima buku dan sebagainya. Dari yang tadinya benda nyata di atas meja yang bisa diraba dan dirasakan, beralih menjadi gambar dua dimensi yang hanya bisa dilihat. Lakukan berulang sampai tertanam di otak sampai anak bisa melakukannya sendiri. Proses peralihan harus dilakukan dengan sabar dan bertahap agar keterkaitannya masih terlihat. Proses pertama dan kedua ini sangat penting dan menjadi konsep dasar penguasaan matematika mulai dibentuk. Di sinilah anak mulai belajar logika matematika.
3. Belajar Menggunakan Simbol/Lambang
Setelah anak dapat membayangkan angka atau bilangan, maka dia akan bisa menuliskan angka dari jumlah yang disebutkan. Misalnya, jika kita menyebutkan ada lima pinsil, dia tidak lagi menghitung dari satu, dua, tiga empat dan lima. Tetapi anak sudah bisa langsung membayangkan atau menuliskan angka 5 di atas kertas. Kemudian, anak diminta menuliskan jumlah benda lain dalam angka. Pakailah benda-benda yang digunakan dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Bisa juga menggunakan benda kesayangan anak, misalnya robot-robot kecil.
Untuk mengenalkan konsep simbol dan angka saja langkahnya cukup panjang, dimulai dari menggunakan benda nyata, pembentukan bayangan (visualisasi) dan barulan mengenalkan simbol. Jangan sampai melompati proses itu. Banyak anak yang dapat mengalikan angka besar, seperti 49 x 559, tetapi sebenarnya tidak memahami atau sama sekali tidak bisa membayangkan sebanyak apa angka-angka itu.
Dengan menggunakan ketiga proses ini, anak akan mengetahui cara mengkomunikasikan istilah-istilah matematika. Jadi, matematika bukan sesuatu yang menakutkan dan jauh dari kehidupan sehari-hari. Anak juga bisa diajak untuk menganalisis apa yang terjadi di sekitarnya. Misalnya ketika melihat mobil, hitung berapa jumlah ban-nya, ajak anak berimajinasi bagaimana jika ban tidak bulat, bagaimana jika satu ban bocor. Ini menjadikan matematika mudah dipahami dan menjadi ilmu pengetahuan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Ketiga cara ini, dapat dilakukan untuk pelajaran tingkat lanjut. Tidak hanya pengenalan angka, tetapi juga pengurangan, penjumlahan, pembagian, perkalian. Dapat juga untuk tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Selamat mencoba. *