Skip to content

Hentikan Kebiasaan Buruk! Ini Cara Tetap Sehat Mental Selama Pandemi Covid-19

Sebenarnya, di awal-awal pandemi, belajar di rumah terasa menyenangkan karena tidak harus terburu-buru ke sekolah, bahkan bisa bangun lebih siang. Namun, lama-lama jadi bosan dan jenuh karena harus tinggal di rumah setiap hari, sedangkan kegiatan di luar rumah sangat dibatasi.

Penyebaran Covid-19 masih berlangsung. Dampaknya, belajar tatap muka di sekolah belum bisa dilakukan, terutama untuk daerah pandemi zona merah, orange dan kuning. Padahal, kamu sudah bosan belajar di rumah dan ingin segera bertemu dengan teman-teman di ruang kelas, bercanda, berdiskusi , ke perpustakaan atau makan bersama di kantin sekolah.

Sejumlah penelitian meyebutkan, rasa bosan dan jenuh yang berkepanjangan bisa menyebabkan depresi dan gangguan mental. Wah, kamu harus hati-hati. Makanya, sebelum terjadi, kamu bisa mencegahnya dengan melakukan lima aktivitas berikut ini.

  • Hentikan Kebiasaan Buruk

Sebelum pandemi Covid-19, kamu sebenarnya memiliki jadwal tidur dan bangun pagi yang teratur. Tidur sebelum jam 9 malam, dan bangun sebelum jam 5 pagi. Jadi tidak perlu tergesa-gesa ke sekolah. Apalagi, jika lokasi sekolahmu jauh dari rumah. Namun, setelah pandemi, kamu sering tidur larut malam karena belajar di rumah dimulai jam 10 pagi. Kamu bisa bangun beberapa menit sebelum pelajaran daring berlangsung. Semua itu sudah berjalan selama  beberapa bulan dan kamu masih bisa mengikuti pelajaran. Ini jelas adalah kebiasaan buruk.

Tidur terlalu malam tidak baik bagi kesehatan fisik dan mental, seperti mengurangi konsentrasi dan menyebabkan kamu bisa menjadi pelupa, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke dan diabetes, emosi tidak stabil alias mudah marah dan depresi. Obesitas karen suka begadang dipicu oleh hormon nafsu makan yang diproduksi jika kamu kurang tidur. Tidur telalu larut malam juga dapat merusak kulit, meningkatkan risiko kematian dan cepat tua. Untuk anak usia 3 sampai 6 tahun minimal perlu tidur selama 11 jam, 6 sampai 12 tahun sebanyak 10 jam. Kemudian, anak remaja 12 sampai 18 tahun perlu waktu tidur sebanyka 8,5 jam

  • Olahraga

Selama tinggal di rumah, kamu jangan lesu terus. Untuk mengatasinya kamu harus rutin melakukan olahraga, seperti berjalan, berlari, bersepeda, main tennis atau jenis olahraga fisik lain. Olahraga dapat menjaga berat badan tetap ideal, sehingga mengurangi risiko terserang sejumlah penyakit. Olahraga membuat tekanan darah normal, menghindari diabetes dan stroke, menyegarkan otak dan pikiran, serta bisa memulihkan pegal-pegal di badan karena tidak banyak bergerak. Olahraga juga memperkuat otot dan tulang, memperbaiki suasana hati sehingga lebih santai, percaya diri dan bahagia,  meningkatkan energi, merawat kesehatan jantung dan paru-paru, serta meningkatkan kualitas tidur. Olahraga juga dapat meningkakan fungsi kognitif karena saat tubuh melakukan gerakan rutin, jantung akan berdetak lebih kencang, sehingga aliran darah ke otak lancar. Gerakan ini juga merangsang produksi hormon menjadi mampu meningkatkan pertumbuhan sel otak.

  • Ngobrol Dengan Anggota Keluarga di Rumah

Selama di rumah sebaiknya kamu ngobrol dengan anggota keluarga, dari pada hanya melihat layar HP, komputer atau nonton TV. Sebagai makhluk sosial, berbicara adalah salah satu kebutuhan dasar manusia lho.  Berbicara dan berkomunikasi bisa melepaskan beban pikiran dan mendapatkan masukan dari orang lain. Selain itu, ngobrol dengan keluarga membut ikatan emosional antara anggota keluarga semakin dekat. Orang tua semakin mengetahui keinginan anak, dan anak juga  dapat memahami apa yang dirasakan oleh orang tua.

  • Makan Makanan Bergizi

Dengan mengkonsumsi makanan bergizi, kamu menjaga metabolisme tubuh, menambah daya  tahan tubuh atau imunitas yang sangat dibutuhkan untuk melawan virus. Makanan bergizi juga bisa menstabilkan berat badan, sehingga mengurangi risiko obesitas, memastikan kesehatan fungsi organ-organ tubuh, memperkuat konsentrasi dan daya ingat, menjaga kestabilan emosi serta membuat penampilan lebih awet muda.

  • Seleksi Informasi

Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan hingga April 2020 ada 554 berita bohong alias hoaks yang beredar di masyarakat soal pandemi Covid-19. Hoaks tersebar di 1.209 platform digital, seperti Facebook, Instagram, Twitter dan YouTube. Sudah ada 89 orang tersangka produsen dan penyebar hoaks dan sebanyak 14 di antaranya sudah  ditahan. Tujuan menyebar hoaks umumnya adalah untuk meresahkan masyarakat. Ada juga yang memang tidak berniat meresahkan, tetapi ketidaktahuan akan informasi yang benar.

Untuk menghinari kekhawatiran akibat hoaks, sebaknya kamu pastikan sumber informasi, apakah dari lembaga resmi Pemerintah, dan media massa yang meiliki kredibilits positif. Adapun beberapa sumber informasi Covid-10  adalah,WHO, Kementerian Kesehatan https://kemkes.go.id/, https://covid19.go.id/ , https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019 https://setkab.go.id/,  https://bnpb.go.id/ *